16 Agustus 2016

Dibalik Pemberhentian Menteri ESDM dan Terjajahnya Kekayaan Alam Indonesia

Tipsiana.com - Situs ini bukanlah situs politik, tapi dinamika yang terjadi di Indonesia patut kita cermati. Pemberhentian Arcandra Tahar dari kursi Menteri ESDM telah mengejutkan kita. Bagaimana bisa Pemerintah Indonesia bisa begitu teledor dalam menyeleksi calon pembantu Presiden dan meloloskan orang yang diduga berkewarganegaraan asing.

Ada misteri dibalik peristiwa ini. Manajemen pemerintahan yang ringkih tampaknya bukan satu-satunya alasan kejadian ini bisa berlangsung. Sebuah tulisan dari timeline Facebook Agus Santoso mungkin bisa sedikit membuka mata kita tentang apa yang sedang terjadi di negeri tercinta ini.


Arcandra Tahar (AT) tetaplah sosok putra bangsa yang cerdas, dengan kembalinya beliau ke tanah air diharapkan bisa mengembalikan kedigdayaan dunia tambang Indonesia. Namun apa yg terjadi sungguh menelanjangi rezim ini... Terlepas AT menandatangani izin ekspor konsentrat Freeport, memang sudah menjadi "kelaziman" sejak diberlakukan UU 4/2009 yg menjadi titik tengah agar FI tetap operasi menghindari PHK dan janji manis membangun smelter di Gresik yg hingga saat ini jalan di tempat.

Gaji Boss Freeport : Rp. 65 milyar/bulan. Dan elite manajemen Freeport semua antek-antek asing, padahal apa susahnya nambang batu2an tembaga perak dan emas, junior-junior saya pun sudah sangat mumpuni soal nambang menambang. Masalahnya adalah di keberanian pemerintah untuk renegosiasi atau sekalian nasionalisasi sambil menyiapkan pasukan 2jt TNI utk jaga2 menghadapi pasukan 26.000 tentara AS di Darwin. Tapi sayangnya, kita terlanjur memasang bonekanya AS utk presiden kita.

Dari Freeport pula konon lahir elite dunia yang menguasai lahan bisnis raksasa dunia. Ibarat beranak bercucu lahirlah usaha perminyakan, teknologi, senjata, makanan, perbankan, asuransi, mangemen keuangan, dll. Mereka saling terkait dan digdaya dalam urusan bisnis, ekonomi dan politik berkelas dunia.

Sejak 1967 sampai 2010 saja (43 tahun) sudah menghasilkan 7,3 juta ton tembaga dan 724,7 ton emas. Kalau diuangkan dengan patokan harga emas tiap gram sekarang senilai Rp 500.000,- saja, maka jumlah uang yang dihasilkan kurang lebih adalah: 724 juta 700 ribu gram kali Rp 500.000,- = 362.350 trilyun. Belum tembaga dan peraknya... Ckckck luar biasa kaya bumi Papua.

Kita dapat apa?? 1-3% thok.. Anggaplah ada dana CSR dll seberapa sih?? Sementara sisanya yang 99% masuk ke perusahaan di AS.

Apalagi sebelum tahun 2005, pihak Freeport tidak pernah mengakui bahwa mereka melakukan penambangan emas. Sekarang mari kita bayangkan, kalau saja pemerintah berani menuntut perubahan kontrak karya dan meminta bagian 30% saja, maka tiap tahun kita bisa memperoleh minimal 2.400 trilyun. Atau sekalian gak usah perpanjang Kontrak Karya Freeport Indonesia.


Andai Garis Bung Karno yang kita pegang, tentunya kita akan jadi bangsa paling kaya di dunia dengan modal Freeport, belum lagi jutaan hektar perkebunan-perkebunan di seluruh antero Nusantara ini dan ladang-ladang minyak serta gas kita-.

Kini anak tukang becak tidak bisa sekolah di Fakultas Kedokteran, sistem masyarakat ditindas dengan feodalisme ekonomi komprador, rakyat diasingkan dengan kekayaan alam-nya digantikan dengan bayangan surga, untuk itu agama harus diributkan hadeeeuuuh...........

Bayangkan betapa hancurnya masa depan bangsa ini, betapa dangkalnya intelektualitas kemahasiswaan sekarang, bila kemudian para mahasiswa dikoordinir untuk diajak nonton lawakan OVJ/YKS atau menonton Tukul, ketimbang dikoordinir diajak melihat kekayaan-kekayaan bangsa ini yang dikelola pemodal asing seperti Freeport dan Perkebunan-perkebunan. Mereka tanpa malu memakai jaket akademik bukan untuk membela rakyat tapi tertawa di panggung-panggung lawak.

Jangan anggap remeh proses keterasingan kaum muda terhadap kekayaan bangsa sendiri.

Sumber: https://www.facebook.com/agus.santoso.71/posts/1057476197639194