2 September 2016

Surat Haru Seorang Ibu untuk Putri Tercintanya

Tipsiana.com - Kisah indah ini akan membuka mata kita. Ia akan menyentuh hati dan membuat kita ingat masa-masa dimana kita tanpa sadar pernah menyia-nyiakan seorang ibu, pada saat ia benar-benar membutuhkan kita.

Surat seorang ibu untuk putrinya ini berisi kesedihan menyanyat hati ketika sang ibu beranjak tua dan akan segera meninggalkan putrinya untuk selama-lamanya. Di saat itulah begitu banyak kenangan tentang kesabaran seorang ibu pada anaknya yang masih kecil akan kembali tergambar.

Dan di hari senjanya, cerita itu berulang. Ujian kesabaran itu akan kembali, bukan pada ibu yang telah merawat dan membesarkan anaknya, tapi pada anak yang merawat ibunya yang kini telah tua.


Mari simak kisah indah ini dan bagikan kepada orang-orang yang Anda cintai, agar kita semua ingat tentang betapa besarnya cinta seorang ibu untuk anaknya.

"Putriku tersayang,

Di hari ketika kamu melihatku semakin tua, Ibu pinta bersabarlah menghadapiku, namun diatas itu semua, cobalah mengerti pada apa yang sedang kulalui.

Disaat kita berbincang, mungkin aku akan selalu mengulang-ulang cerita ribuan kali, tolong jangan sela perkataanku dengan ucapan; "Ibu sudah menceritakannya beberapa menit yang lalu"... dengarkan saja Ibumu ini. Coba ingatlah di saat-saat ketika kamu masih kecil dan Ibu selalu kamu minta untuk membacakan cerita yang sama setiap malam sampai kau lelap tertidur.

Bila Ibumu yang tua ini susah diajak mandi, jangan marah dan jangan membentakku. Ingatlah ketika Ibu harus mengejar-ngejar dan tak bosan membujuk putri kecilku yang selalu punya alasan untuk tidak mandi sore.

Jika kamu melihat betapa lambannya Ibu memahami ponsel pintar yang kamu berikan, berilah sedikit waktu untuk belajar dan jangan kau berikan pandangan wajah tak sabarmu itu kepada Ibu. Kamu pasti ingat, sayang... Dengan sabar Ibu dulu berulangkali mengajarimu cara makan dengan benar, memakai baju sendiri, menyisir rambut yang rapi dan segala pelajaran hidup yang kelak kau butuhkan di masa dewasamu.


Di hari ketika kamu melihatku semakin tua, Ibu pinta bersabarlah menghadapiku, namun diatas itu semua, cobalah mengerti pada apa yang sedang kujalani.

Bila kadangkala Ibu tak ingat apa yang pernah kita bincangkan, berilah aku waktu untuk mengingatnya. Dan bila pada akhirnya ibu tetap lupa, jangan kesal apalagi memarahiku. Meski Ibu menjadi seorang yang sangat pelupa, ingatlah bahwa di hati Ibumu, hal yang terpenting dari semuanya adalah bisa selalu bersamamu.

Jika kaki tuaku ini tak lagi bisa secepat langkahmu, ulurkanlah tanganmu... sama seperti ketika Ibu mengulurkan tangan dan menuntunmu di saat putri kecilku pertama kali melangkah.

Dan bila hari perpisahan itu akhirnya tiba, jangan bersedih... tetaplah bersamaku, dan yakinlah Ibu telah melewati masa senja dengan penuh cinta. Aku akan selalu bersyukur dan berterimakasih dengan segala waktu yang dihabiskan dengan kebahagian bersamamu.

Dengan senyum mengembang dan pelukan penuh cinta, Ibu akan selalu ada untukmu, dan Ibu hanya ingin mengatakan untuk terakhir kalinya...

Ibu mencintaimu, putri tersayangku."