17 Mei 2018

5 Tipe Cara Asuh Orangtua yang Merusak Mental Anak

Tipsiana.com - Bagaimana hubungan terhadap orangtua akan mempengaruhi kita sepanjang hidup dan membentuk kepribadian, kebiasaan, dan kepercayaan diri. Jika cukup beruntung, orangtua akan memberikan pengaruh positif pada kehidupan kita, namun jika tidak, maka yang terjadi adalah sebaliknya. Pertanyaannya, apa yang akan terjadi jika kita tumbuh dalam rumah bersama orangtua 'bermasalah'?

Dr. Terri Apter, seorang psikolog dan pengarang buku 'Difficult Mothers: Understanding and Overcoming Their Power', telah banyak meneliti tentang para orangtua bermasalah. Dalam bukunya, ia mendefenisikan lima tipe orangtua yang bisa merusak mental anak dan bagaimana cara mengubah dampak negatif yang mereka tinggalkan menjadi energi positif.


Para orangtua yang memiliki anak kecil juga akan menemukan bahan menarik. Pengetahuan ini akan mencegah orangtua membuat banyak kesalahan ketika membesarkan anak. Memungkinkan mereka untuk bisa membesarkan anak yang sehat, sukses dan bahagia.

1. Orangtua pemarah

Setiap orangtua biasanya akan makin mudah marah dari waktu ke waktu, terutama saat ia sedang capek atau stress, atau ketika anak sedang dalam bahaya dan ia harus memperingatkan sang anak, atau ketika ada pelajaran hidup yang harus diajarkan dengan tegas.

Meski tak ada anak yang suka dimarahi, biasanya kemarahan orangtua yang sesekali takkan merusak hubungan. Masalah dimulai saat sang orangtua terus-terusan marah dan menggunakan kemarahannya untuk mengendalikan keluarganya.

Saat kemararahan secara terus-menerus menghantui mereka, anak-anak akan menjadi selalu awas dan bersiap menghadapi amukan emosional orangtua selanjutnya. Dalam jangka panjang, situasi tertekan ini dapat menyebabkan kerusakan fisik pada otak anak. Ketika ia selalu dibawah stres terus-menerus, otak mereka akan menghasilkan lebih sedikit koneksi mental yang diperlukan untuk pengaturan emosi.

Konsekuensinya, anak-anak tak mampu untuk menenangkan diri dan mengendalikan reaksi mereka. Selain itu, jika masalah ini tak segera diatasi, akan terbawa hingga dewasa. Bahkan, banyak orang dewasa mengaku mereka masih gugup saat melihat orangtuanya marah dan tumbuh dengan perasaan bahwa semua yang mereka lakukan selalu salah.

Orang-orang ini akhirnya akan menjadi appeasers (penyenang) yang akan melakukan apa pun untuk menyenangkan orang lain. Jika ini terjadi pada diri Anda, keuntungannya adalah Anda akan banyak disenangi orang karena Anda tahu cara menenenangkan seseorang saat dalam situasi memalukan.

Namun, jangan biarkan kecenderungan Anda untuk membantu dan menolong orang lain membuat Anda selalu harus tampak seperti pertemanan sejati. Anda harus membiarkan orang lain melihat pribadi Anda yang sebenarnya, pribadi yang Anda sembunyikan agar tidak membuat marah orang lain.

2. Orangtua Pengendali

Orangtua pengendali akan mencoba mengontrol seluruh aspek kehidupan sang anak, sampai titik dimana mereka akan memberi tahu apa yang harus anak lihat, bagaimana merasakan dan apa yang harus diinginkan.

Dalam hubungan yang sehat antara orangtua dan anak, kontrol digunakan untuk membentuk nilai-nilai umum dan sarana penyampai aturan yang tegas. Tapi pada saat yang sama, orangtua harus tetap mendengarkan kebutuhan anak dan menghargai kemampuan anak untuk membuat keputusan sendiri.

Di sisi lain, orangtua pengendali punya kecenderungan menjadi penyampai pesan merusak seperti, "Ibu tahu persis apa yang kamu butuh dan apa yang kamu tak butuh", atau, "Kamu harus jadi orang seperti yang Bapak mau dan itu lebih penting dari yang kamu mau." Orangtua jenis ini melihat diri mereka sebagai penguasa tunggal dari pikiran anak mereka.

Anak yang selalu mendengar kata "Ibu selalu benar" akan menjadi anak yang tak percaya pada apa yang sebenarnya mereka inginkan dan butuhkan serta menjadi tak mengerti akan potensi dirinya. Bahkan untuk membuat sebuah keputusan sederhana untuk mereka sendiri, akan membuat mereka selalu was-was. Anak akan menjadi lebih sering berbohong hanya untuk menyenangkan orangtuanya.

Jika Anda merasa menderita situasi seperti ini dimasa lalu, ketahuilah bahwa pengalaman tersebut tetap ada hikmahnya. Saat ini Anda mungkin menjadi pribadi yang selalu penuh pertimbangan dan selalu berhati-hati sebelum mengungkapkan sesuatu kepada orang lain, yang mungkin akan tidak setuju dengan Anda dan menyeret Anda kedalam perdebatan yang tak perlu.

Namun, bahkan saat telah dewasa dan jauh dari orangtua, Anda mungkin masih membawa banyak bekas luka masa kecil. Jika Anda bisa berbagi pengalaman dengan seseorang yang Anda sayangi (atau pada seorang psikolog), kemungkinan besar Anda bisa menemukan beberapa hal bermasalah yang memengaruhi kepribadian dewasa Anda.

Disarankan, Anda bisa membuat daftar semua hal yang Anda anggap menarik dan mengubahnya menjadi daftar keinginan yang bisa Anda lakukan kedepan (tentu saja hal-hal yang bersifat positif). Ini berguna untuk mengatasi rasa selalu dikendalikan dan dibungkam. Anda akan merealisasi dan mengekspresikan keinginan diri sendiri.



3. Orangtua Narsistis

Narsis membuat orang kehilangan empati pada orang lain dan menjadi pribadi yang egois. Karenanya, ketika gangguan mental ini terjadi pada orangtua, anak-anak dari orangtua narsistis biasanya menderita kurangnya ekspresi emosional dan kurang kasih sayang. Dua hal yang penting bagi perkembangan kepribadian anak.

Orangtua jenis ini selalu melihat seseorang yang butuh perhatian malah dianggap sebagai pesaing. Sebagai contoh, anak yang mengeluh capek akan direspon dengan perkataan, "Jangan mengeluh capek, Ibu juga bekerja sepanjang hari, kamu itu tidak tahu arti capek."

Cara berpikir yang egosentris  ini membuat para orangtua melihat anaknya seperti refleksi dirinya sendiri dan karenanya, mereka harus menjadi yang terbaik dalam segala hal agar bisa sebanding dengannya. Ini menciptakan situasi yang membingungkan bagi anak yang terus-menerus berada dibawah tekanan. Mereka seakan terus memberi makan ego orangtuanya dengan harapan menjadi anak yang luar biasa dan sempurna.

Orangtua narsis memuja perhatian dan kekaguman, sesuatu yang berasal dari harga diri yang rendah, tapi tak peduli seberapa keras anak berusaha menyenangkan mereka, mereka akan selalu merasa tidak puas.

Orang narsis biasanya tak punya banyak hubungan baik dengan orang lain, karena ego mereka yang sering tersakiti oleh hal-hal sepele, mereka dengan sangat mudah memutuskan hubungan dengan teman-temannya atau men'judge' orang lain dengan tujuan menyakiti sebagai bentuk balas dendam.

Anak-anak yang tumbuh dalam situasi ini sering takut hubungan mereka dengan orangtua dapat rusak setiap saat, sehingga mereka sangat takut membuat orangtuanya tersinggung.

Jika Anda tumbuh dengan orangtua narsis, kelebihan yang Anda miliki dalam hidup adalah Anda memiliki kemampuan diplomasi yang ulet dan penyabar dalam mengejar tujuan yang sulit, tanpa mau menyerah pada diri sendiri. Di sisi lain, ada kemungkinan karena Anda terbiasa dengan perilaku ini, Anda tidak bisa menghargai pencapaian Anda atau Anda akan meninggalkan peluang untuk mencoba hal-hal baru karena takut takkan berhasil dengan suasana baru tersebut.

Untuk membantu mengatasi hal ini, dan untuk mencapai tingkat kepuasan hidup yang lebih dalam, buatlah daftar semua hal yang telah Anda capai dalam hidup Anda, hal-hal yang membuat Anda merasa puas dan belajarlah mensyukuri pencapaian Anda tersebut.

4. Orangtua yang Iri Hati

Kebanyakan orangtua akan senang melihat anaknya bahagia, tapi bagi tipe orang tua pencemburu, kesuksesan anak malah menjadi pemicu permusuhan.

Seorang anak yang pulang dari sekolah dengan kabar baik sambil berharap akan mendapat hadiah senyuman di wajah orangtuanya akan menjadi kecewa bila memiliki orangtua tipe ini. Orangtuanya malah akan memasang wajah tak puas sambil marah, "Suatu hari nanti kamu akan mengerti kalau kamu itu tak sehebat yang kamu kira."

Dalam kasus yang tak terlalu ekstrim, orangtua awalnya akan terlihat antusias namun setelah beberapa menit akan mengubah nadanya dan fokus pada menurunkan keberhasilan anak dengan berkata, "Kamu mulai banyak ngomong, sekarang tolong diam," atau "Ok, Bapak sudah dengar. Jangan terlalu pamerlah."

Alih-alih membangun kepercayaan diri anak dan menunjukkan potensi mereka, orangtua yang cemburu malah mengabaikan perasaan bangga anak yang seharusnya mereka rasakan. Orangtua jenis ini memandang anak dan dalam kepalanya berpikir , "mengapa dia bisa begitu bahagia sementara aku tidak," atau, "mengapa dia punya peluang untuk sukses sementara aku harus terus-menerus kecewa."

Yang terjadi pada akhirnya, anak akan belajar bahwa hal-hal yang baik yang terjadi dalam hidupnya ternyata dapat menyakiti orang lain, terutama orang yang dekat dengannya dan yang sebenarnya ingin dia bahagiakan.

Iri hati yang dimiliki orangtua sering muncul ketika anak mencapai usia remaja dan mulai menemukan dunia untuk dirinya sendiri. Bukannya melihat anak itu sebagai sumber kebanggaan dan bersukacita atas fakta bahwa anaknya telah berkembang, orangtua yang pencemburu merasa seolah-olah mereka dapat membuat hubungan yang nyaman dan aman jika anak punya harga diri yang lebih rendah dari orangtuanya.

Jika tipe orangtua ini terdengar akrab di telinga Anda, pengalaman ini sebenarnya juga punya hikmah. Ada peluang besar Anda telah belajar untuk mengabaikan orang yang dengki dengan Anda dan Anda tahu cara menjauhinya. Anda juga bisa menjadi tipe orang yang berjuang untuk keunggulan karena didorong oleh ketidakpuasan orangtua Anda.

Tetapi jika Anda masih berusaha menyenangkan dan membuktikan diri kepada mereka, ingatlah bahwa orangtua Anda tidak akan pernah puas dan tidak ada yang dapat Anda lakukan untuk mengubahnya.

Selain itu, banyak penelitian menunjukkan bahwa mengejar persetujuan orang lain hanya akan menghalangi kebahagian kita sendiri. Sebaliknya, Ambillah kekuatan dan energi dari sesuatu yang Anda hargai dalam diri Anda dan cobalah untuk tidak selalu memperhatikan pendapat orang lain.

5. Orangtua yang tidak hadir secara emosional

Seringkali hasil dari depresi, atau narkoba dan kecanduan alkohol, orangtua akan menjadi tak hadir secara emosional bagi anak-anaknya, dan ini akan mengarah menjadi hubungan bermasalah antara orangtua dan anak. Orang tua yang tak punya perasaan emosional pada anak dalam jangka panjang memiliki dampak negatif yang merusak pada otak anak.

Bagi seorang ibu, hubungan emosional yang erat dengan bayi akan membantu perkembangan sistem otak anak dalam mengendalikan emosi, pikiran, organisasi dan perencanaan, dan meningkatkan perkembangan reseptor kortisol di otaknya, yang berfungsi sebagai pertahanan menghadapi tekanan stres. Ketika koneksi emosional terputus, perkembangan sistem ini akan berkurang drastis.

Anak-anak yang tumbuh dengan orangtua yang tak hadir secara emosional (yang berasal dari depresi misalnya), akan melihat bahwa merekalah yang memainkan peran sebagai pelindung dan penghibur dalam kehidupan orangtuanya. Mereka akan merasa bersalah saat mereka dalam situasi bahagia sementara orangtuanya tidak, dan karenanya akan terus berusaha menebusnya.




Jika kehidupan Anda seperti ini, perasaan kesedihan atau kebahagiaan mungkin tampak ekstrim dan beresiko. Anda mungkin juga cenderung percaya bahwa kebutuhan orang lain lebih penting daripada kebutuhan Anda sendiri. Anda merasa harus selalu bersikap dewasa dan tidak dapat mempercayai orang lain.

Yang harus mulai Anda lakukan adalah Anda harus menerima kenyataan bahwa Anda sekarang sudah dewasa dan mulai mempertanyakan cara Anda berperilaku saat ini. Singkirkan rasa bersalah yang Anda rasakan ketika orang lain disekitar Anda tidak bahagia.

Pada saat Anda memahami bahwa Anda tidak harus selalu bertanggung jawab atas perasaan orang lain, Anda akan memulai satu bab baru dalam kehidupan Anda dimana akan ada ruang untuk pengalaman baru yang Anda dan orangtua inginkan dan alami.

Memperbaiki pengalaman masa kecil dengan menjadi orangtua


Kasus-kasus yang kita bahas mungkin tampak terlalu ekstrim, dan memang cara asuh tersebut tak biasa. Saat ini para orangtua telah makin sadar tentang cara membesarkan anak yang bahagia dan sehat, dan mungkin orangtua Anda juga membesarkan Anda dengan cara yang baik sehingga Andapun tahu cara membesarkan anak-anak Anda.

Tapi jika Anda merasa bahwa Anda tumbuh bersama orangtua yang merusak mental Anda, pahamilah bahwa Anda dapat mengubah masa kini dan masa depan, namun Anda tidak dapat mengubah masa lalu.

Jika Anda baru menjadi orangtua, ambillah pengalaman dan kesempatan ini untuk berubah dan ciptakan keluarga yang benar-benar berbeda. Jagalah perasaan dan perilaku Anda untuk memastikan anak-anak Anda tidak menderita seperti Anda, dan jadikanlah pengalaman suram masa kecil Anda sebagai pelajaran berharga untuk mendidik anak-anak Anda dengan benar.