6 September 2022

Inilah Tiga Suku Tertua di Indonesia

Tipsiana.com - Berbicara tentang Indonesia, pasti kaya dengan suku bangsa. Bahasa yang berbeda antara satu dengan lainnya membuktikan kekayaan budaya dan sukunya.

Namun, taukah kamu ada beberapa suku yang sudah berumur ribuan tahun. Suku ini telah menjadi suku tertua di Indonesia. Bahkan, suku-suku ini lebih tua dibandingkan suku Indian lho!

Suku Gayo
Mengutip dari berbagai sumber, berikut adalah 3 suku tertua di Indonesia.

Suku Wajak

Beberapa arkeolog meyakini bahwa Suku Wajak merupakan suku tertua yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat melalui adanya fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di daerah tersebut, yang juga menunjukan eksistensi manusianya yang telah terjadi ratusan ribu hingga juta tahun lalu.

Di sisi lain, dari beberapa cerita yang berkembang di masyarakat sekitar, Suku Wajak menghilang dari peredaran sekitar 20 ribu tahun lalu. Beberapa ahli lain menyampaikan bahwa masyarakat Suku Wajak hijrah ke Jepang, tepatnya di Pulau Ainu dan Pulau Jumono, seusai letusan tiga gunung berapi di Indonesia yakni Gunung Toba, Gunung Dumpo, dan Gunung Krakatau yang mengakibatkan bencana Tsunami.

Meski begitu masyarakat desa Wajak mempercayai hadirnya suku tersebut. Konon Suku Wajak memiliki kehebatan yang berbeda dari suku-suku lain.

Masyarakat Suku Wajak, berani mengarungi samudera hanya dengan menggunakan perahu sampan dari pohon besar yang dilubangi. Selain itu Suku Wajak dikenal sebagai suku orang-orang cerdas.

Namun hingga saat ini belum ada runtutan sejarah yang jelas mengenai keberadaan suku ini. Lantaran, Suku Wajak menghilang secara misterius dan tidak diketahui keberadaannya.

Suku Kerinci

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa suku Kerinci termasuk kelompok suku bangsa asli yang pada awalnya datang ke Sumatra. Kelompok tersebut kemudian dikenal dengan ‘Kecik Wok Gedang Wok’ yang diduga telah berada di wilayah ‘Alam Kerinci’ semenjak 10.000 tahun yang lalu (Whitten, 1987). Para ahli belum bisa memastikan sebetulnya ‘Kecik Wok Gedang Wok’ termasuk ke dalam kelompok ras apa, karena mereka telah lebur dalam percampuran darah dengan penduduk yang datang kemudian. Sehingga sisa dari kelompok ‘Kecik Wok Gedang Wok’ ini sudah tidak ditemukan lagi.

Menurut Kern (1889) dan Sarasin (1982), pada tahun 4.000 SM telah terjadi perpindahan rumpun Melayu (rumpun Polinesia) dari Alam Melayu ke pulau-pulau di Lautan Teduh sebelah timur dan pulau-pulau di Lautan Hindia sebelah barat, maka terjadi pula perpindahan etnis dari satu tempat ke tempat lain pada Alam Melayu seperti perpindahan Proto Malaiers (Melayu Tua) ke Alam Kerinci. Alam Kerinci saat itu telah didiami oleh manusia ‘Kecik Wok Gedang Wok’. Jumlah Proto Melayu yang lebih dominan menyebabkan kelompok Kecik Wok Gedang Wok secara perlahan lenyap dalam percampuran darah. Kelompok tersebut selanjutnya berkembang dan menjadi nenek moyang orang Kerinci.

Dr. Bennet Bronson, peneliti dari Amerika Serikat bersama Tim Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional Jakarta (1973) berpendapat bahwa suku bangsa Kerinci lebih tua dari bangsa Inka (Indian) di Amerika. Salah satu bukti yang dikemukakan adalah tentang kelompok ‘Kecik Wok Gedang Wok’ yang belum mempunyai nama panggilan secara individu, sedangkan suku bangsa Indian di Amerika diketahui sudah memiliki nama seperti Big Buffalo, dan Litte Fire.

Suku Gayo

Menelusuri Suku Gayo tidak banyak sumber atefak yang menjelaskan. "Sampai saat ini, sejarah suku bangsa Gayo belum terungkap secara pasti. Belum ditemukan sumber sejarah yang bisa menjadi rujukan asal mula suku bangsa Gayo," terang Giyanto, penulis buku Suku-suku Bangsa di Sumatera.

Suku Gayo dijelaskan melalui sejarah lisan yang turun temurun yang bersumber dari turunan Raja Linge. Kerajaan Linge merupakan kerajaan kuno di Aceh yang terbentuk pada 1025 M (416 H) dengan raja pertama Adi Genali.

Dalam Islam dan Budaya masyarakat Gayo Provinsi Aceh: Kajian Sejarah dan Sosial karya Arfiansyah, Gayo muncul pertama kali dalam literatur "Hikayat Raja-raja Pasai".

Hikayat itu menceritakan tentang para raja Aceh yang berkuasa sejak tahun 1280 sampai 1400.

Dalam literatur Melayu ini, suku Gayo berkaitan dengan penolakan masyarakat setempat untuk masuk Islam.

Masyarakat ini melarikan diri dengan mengikuti arah Sungai Peusangan ke hulu. Kelompok yang melarikan diri yang kemudian di sebut orang Gayo.

Mereka berhasil melarikan diri ke wilayah dataran tinggi di hulu sungai, kemudian kelompok ini masuk Islam dengan sendirinya. Kelompok ini diyakini menjadi cikal bakal dari suku Gayo.

Sumber: suara.com