"Rata-rata satu lebah madu hanya akan mengumpulkan madu sebanyak 1 1/2 sendok teh seumur hidupnya. Untuk menghasilkan 1 kg madu, lebah harus terbang 90 ribu hingga 180 ribu kali mengunjungi bunga. Jika satu kali penerbangan berjarak 3 kilometer, maka total perjalanan lebah bisa mencapai tujuh kali keliling bumi." Fakta yang sangat istimewa tentang perjuangan seekor lebah demi setetes madu.
Lebih istimewa lagi, kitalah yang menikmati perjuangan lebah itu. Maka wajarlah bila kita menghormatinya (minimum orang yang memelihara atau mengambilnya) dengan membayar mahal sebotol madu yang kita beli. Tapi bagaimana bila ternyata madu yang kita beli bukan berasal dari perjuangan sang lebah? tapi dari 'kreativitas' orang-orang oportunis, yang ingin meraup untung besar dari penghargaan kita terhadap madu?
Sebuah penelitan yang dilakukan oleh Prof. Vaughn Bryant, Profesor di Universitas Texas A&M, yang disponsori oleh Food Safety News, pada Agustus 2011 merilis fakta yang cukup mengejutkan; 76 % madu yang beredar di pasaran Amerika Serikat tidak memiliki Pollen (serbuk sari). Di AS, Departemen Pengawasan Makanan dan Obat-Obatan (The Food and Drug Administration, USFDA) menjelaskan bahwa setiap produk madu yang telah mengalami penyaringan dan di dalamnya tidak lagi mengandung Pollen dikategorikan sebagai madu palsu.
Divisi Keamanan Pangan, Badan Pangan Dunia (Worl Health Organization, WHO) dan Komisi Eropa (European Commision) menyatakan bahwa tanpa serbuk sari, maka asal usul madu tidak dapat ditentukan dan tidak dijamin keasliannya.
Kenapa harus serbuk sari? Sederhananya, setiap lebah yang pulang ke sarang akan menyetor nektar (sari bunga) untuk diolah menjadi madu. Pada saat bersamaan serbuk sari akan terikut bersama nektar, karena untuk mengambil nektar di bunga, lebah pasti akan bersinggungan dengan serbuk sari. Jadi, mustahil madu asli tanpa serbuk sari. Inilah salah satu dasar USDFA dalam menentukan keaslian madu.
- Madu palsu sering dibuat dengan cara mencampur madu asli dengan larutan gula dan sirup glukosa atau sirup jagung, atau malah membuatnya tanpa madu sama sekali.
- Metode lain untuk memalsukan madu adalah dengan memberi makan lebah dengan gula.
- Metode "lugu" pemalsuan madu yakni dengan menambahkan air ke dalam madu asli (madu yang mengandung lebih dari 25 % air dianggap madu palsu).
- Mencampur madu asli dengan minyak zaitun.
- Madu buatan, dibuat tanpa madu sama sekali. Sirup glukosa, gula rafinasi, pewarna, perasa buatan dicampur dengan takaran tertentu sehingga mirip dengan madu asli.
Bagaimana dengan Indonesia?
Dengan tingkat pengawasan makanan AS yang begitu ketat, namun ternyata bisa kecolongan madu palsu sampai 2/3 dari total pasar, agak 'ngeri' untuk membahas tentang Indonesia.
Kurangnya data valid yang tersedia tentang penelitian ilmiah keaslian madu membuat bahasan ini tidak bisa dibandingkan dengan hasil penelitian diatas. Namun untuk mendapat sedikit gambaran, kasus pemalsuan madu juga marak terjadi di Indonesia: menambah dengan air, mencampur dengan gula merah, gula putih dan nanas serta banyak lagi.
Bahkan dari pengakuan seorang pekerja di sebuah gerai kesehatan yang memerlukan madu sebagai pelengkap (disini sengaja tidak disebutkan jenis gerainya), mereka membuat madu palsu dengan cara memasak tomat dicampur gula putih hingga warna dan kekentalannya mirip madu. Itu saja, tidak lebih tidak kurang!
Bagaimana menentukan keaslian madu, agar kita terhindar dari penipuan? cukup banyak situs dan pemberitaan yang menjelaskan cara mengetahui kemurnian madu. Meski masih bersifat kualitatif, kita telah terbantu. Untuk hasil yang valid memang harus melalui pengujian kuantitatif di laboratorium. Berikut sebuah video yang juga bisa membantu kita menentukan kemurnian madu:
Berbahagialah orang-orang yang memiliki peternakan lebah sendiri atau pun tetangga-tetangganya yang bisa membeli madu murni. Bagi kita yang tak se-beruntung mereka, yakinlah masih banyak orang-orang jujur, mengenali produk yang ber-track record baik, sambil iseng-iseng uji kemurnian sendiri, cukuplah menjadi modal untuk membeli. Moga-moga dapat yang murni.
Sumber :
Asian Honey, Banned in Europe, Is Flooding U.S. Grocery Shelves (http://www.foodsafetynews.com/2011/08/honey-laundering)
Your Honey Isn’t Honey (http://www.foodrenegade.com/your-honey-isnt-honey/)
Tests Show Most Store Honey Isn’t Honey (http://www.foodsafetynews.com/2011/11/tests-show-most-store-honey-isnt-honey)
There Are Shocking Differences Between Raw Honey and the Processed Golden Honey Found in Grocery Retailers (http://permaculturenews.org/2014/02/08/shocking-differences-raw-honey-processed-golden-honey-found-grocery-retailers/)
http://masrauf.blogspot.com/2013/04/terapi-madu.html