“Pada hari, lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka atas apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Al-Nur [24] ayat 24).
Seorang anak laki-laki 18 tahun, yang suka puisi, bermain musik, dan menggubah lagu, meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil dan setahun kemudian, secara kebetulan orangtuanya menemukan sebuah lagu yang telah direkam dan digubah anaknya dengan judul: “Danny, My Heart is Yours" (Danny, jantungku itu milikmu), seolah anak laki-laki itu telah mengetahui bahwa ia akan segera menemui kematian sehingga ia “mewasiatkan” untuk memberikan jantungnya kepada seseorang.
Ternyata si penerima donor jantung anak laki-laki itu adalah seorang gadis berusia 18 tahun bernama Danielle. Ketika Danielle menemui orangtua pemberi donor, Danielle memainkan beberapa musik yang seolah telah akrab dengan Danielle, padahal musik tersebut tidak pernah didengar Danielle sebelumnya, dan yang menarik, Danielle bahkan mampu melengkapi sebuah lagu yang belum diselesaikan si pemberi donor.
Dalam kasus lain, seorang pria kulit putih berusia 47 tahun menerima donor jantung dari seorang laki-laki kulit hitam, Afrika-Amerika, 17 tahun. Si penerima donor dikejutkan oleh kesukaannya akan musik klasik. Pria kulit putih ini menemukan kemudian bahwa si pendonor kulit hitam itu pecinta musik klasik dan senang bermain biola dan dia mati tertembak dalam mobilnya dengan posisi masih mencengkram biolanya.
Kasus lain yang tidak kalah menarik; seorang wanita lesbian 29 tahun, yang menyukai makanan cepat saji (seperti Mac Donald, KFC, AW dan semacamnya) menerima donor jantung dari seorang perempuan vegetarian 19 tahun yang “gila” laki-laki. Si penerima donor yang lesbian melaporkan bahwa setelah operasi transplantasi jantung, ia mulai merasa jijik jika melihat makanan yang mengandung daging dan dia tidak lagi tertarik kepada wanita.
Kasus lainnya, seorang pria berusia 47 tahun menerima donor jantung dari seorang gadis remaja 14 tahun yang pandai senam (gymnast) dan mempunyai permasalahan dengan ketidakteraturan makan. Setelah pencangkokan, penerima donor dan keluarganya melaporkan kecenderungan pria penerima donor yang antara lain : mual setelah makan, memiliki sifat riang yang kekanak-kanakan dan centil seperti gadis-gadis remaja genit.
Setelah meneliti kasus-kasus di atas yang dikumpulkan Leslie A. Takeuchi, BA, PTA, seorang asisten fisio terapi, Leslie meyakini bahwa seluruh tubuh dan pikiran manusia tidaklah terpisahkan. Ada keterkaitan antara pikiran, emosi, dan tubuh manusia.
“Dalam pekerjaan saya yang menyangkut sejumlah penyakit kronis, saya telah mengambil pandangan lebih dekat mengenai keterkaitan pikiran dan materi, tubuh dan emosi, sebagai kunci untuk penyembuhan. Di dalam penelitian ini, saya mempelajari teori emosi atau memori yang bagaimanapun juga tersimpan di dalam jaringan tubuh manusia dan kemudian termanifestasi dalam bentuk rasa sakit secara fisik.” kata Leslie menceritakan pengalamannya.
Dari sejumlah laporan penerima (donor) organ transplantasi yang paling banyak mengalami perubahan adalah: kepribadian, selera/cita-rasa terhadap makanan, selera musik, dan aktivitas-aktivitas seksual.
Apakah mungkin memori kita juga berada di dalam sel-sel tubuh kita selain berada di dalam otak kita?
Kebanyakan orang saat ini menganggap memori (ingatan) hanya terkait dengan fungsi otak, sementara saat ini sudah banyak ilmuwan yang menolak anggapan tersebut.
Candace Pert, penulis buku “Molecules of Emotion: Why You Feel the Way You Feel” mengatakan, “Memori tidak hanya tersimpan di dalam otak, tetapi juga tersimpan di dalam sebuah jaringan psikomatis yang meluas ke seluruh organ internal tubuh sampai ke permukaan luar kulit manusia.”
Setelah menemukan bahwa neuropeptides ada dalam semua jaringan tubuh manusia, Pert meyakinkan bahwa melalui cellular receptor (sel-sel yang peka rangsangan), kemungkinan pikiran atau memori tinggal di dalam bawah sadar atau kesadaran manusia yang secara psikologis telah terjadi jalinan hubungan antara memori, organ dan pikiran.
Para saintis dari Universitas Arizona dan penulis The Living Energy Universe, Gary Schwartz, PhD, dan Linda Russek, PhD, mengemukakan hipotesa universal living memory (memori yang berada di segenap alam semesta) yang mereka yakini bahwa “Semua sistem menyimpan energi secara dinamis…dan informasi ini diteruskan sebagai suatu kehidupan, atau sistem yang berkembang setelah struktur fisik telah terbentuk.
Schwartz dan Russek percaya bahwa teori inilah yang bisa menjelaskan bagaimana informasi dan energi dari jaringan pendonor bisa muncul secara sadar ataupun tidak sadar pada si penerima donor.
Paul Pearsall, MD, seorang psychoneuroimmunologist dan penulis buku The Heart’s Code, telah meneliti pemindahan memori melalui pencangkokan organ tubuh. Setelah mewawancarai hampir 150 penerima donor jantung dan organ tubuh lain, Pearsall mengemukakan suatu penemuan bahwa ternyata jaringan sel-sel yang hidup mempunyai kapasitas untuk mengingat.
Akhirnya pada musim semi 2002, bersama Schwartz dan Russek, Pearsall melakukan satu penelitian, yang diterbitkan Journal Near-Death Studies, dengan judul, “Perubahan Paralel Kepribadian Pada Penerima Donor Jantung Dengan Si Pendonor.”
2008 ini, sebuah film berjudul The Eye yang dibintangi Jessica Alba mengisahkan kasus Cellular Memory ini. Hanya saja di dalam film tersebut yang di cangkok adalah mata bukan jantung seperti yang banyak diungkap para peneliti.
Namun semua penemuan itu mengingatkan saya pada ayat-ayat Quran : “Pada hari , lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka atas apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Al-Nur [24] ayat 24)
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS Yaasin [36] ayat 65)
Laa hawla wa laa quwwata illa billah
Sumber : qitori.wordpress.com, www.med.unc.edu
Seorang anak laki-laki 18 tahun, yang suka puisi, bermain musik, dan menggubah lagu, meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil dan setahun kemudian, secara kebetulan orangtuanya menemukan sebuah lagu yang telah direkam dan digubah anaknya dengan judul: “Danny, My Heart is Yours" (Danny, jantungku itu milikmu), seolah anak laki-laki itu telah mengetahui bahwa ia akan segera menemui kematian sehingga ia “mewasiatkan” untuk memberikan jantungnya kepada seseorang.
Ternyata si penerima donor jantung anak laki-laki itu adalah seorang gadis berusia 18 tahun bernama Danielle. Ketika Danielle menemui orangtua pemberi donor, Danielle memainkan beberapa musik yang seolah telah akrab dengan Danielle, padahal musik tersebut tidak pernah didengar Danielle sebelumnya, dan yang menarik, Danielle bahkan mampu melengkapi sebuah lagu yang belum diselesaikan si pemberi donor.
Dalam kasus lain, seorang pria kulit putih berusia 47 tahun menerima donor jantung dari seorang laki-laki kulit hitam, Afrika-Amerika, 17 tahun. Si penerima donor dikejutkan oleh kesukaannya akan musik klasik. Pria kulit putih ini menemukan kemudian bahwa si pendonor kulit hitam itu pecinta musik klasik dan senang bermain biola dan dia mati tertembak dalam mobilnya dengan posisi masih mencengkram biolanya.
Kasus lain yang tidak kalah menarik; seorang wanita lesbian 29 tahun, yang menyukai makanan cepat saji (seperti Mac Donald, KFC, AW dan semacamnya) menerima donor jantung dari seorang perempuan vegetarian 19 tahun yang “gila” laki-laki. Si penerima donor yang lesbian melaporkan bahwa setelah operasi transplantasi jantung, ia mulai merasa jijik jika melihat makanan yang mengandung daging dan dia tidak lagi tertarik kepada wanita.
Kasus lainnya, seorang pria berusia 47 tahun menerima donor jantung dari seorang gadis remaja 14 tahun yang pandai senam (gymnast) dan mempunyai permasalahan dengan ketidakteraturan makan. Setelah pencangkokan, penerima donor dan keluarganya melaporkan kecenderungan pria penerima donor yang antara lain : mual setelah makan, memiliki sifat riang yang kekanak-kanakan dan centil seperti gadis-gadis remaja genit.
Setelah meneliti kasus-kasus di atas yang dikumpulkan Leslie A. Takeuchi, BA, PTA, seorang asisten fisio terapi, Leslie meyakini bahwa seluruh tubuh dan pikiran manusia tidaklah terpisahkan. Ada keterkaitan antara pikiran, emosi, dan tubuh manusia.
“Dalam pekerjaan saya yang menyangkut sejumlah penyakit kronis, saya telah mengambil pandangan lebih dekat mengenai keterkaitan pikiran dan materi, tubuh dan emosi, sebagai kunci untuk penyembuhan. Di dalam penelitian ini, saya mempelajari teori emosi atau memori yang bagaimanapun juga tersimpan di dalam jaringan tubuh manusia dan kemudian termanifestasi dalam bentuk rasa sakit secara fisik.” kata Leslie menceritakan pengalamannya.
Dari sejumlah laporan penerima (donor) organ transplantasi yang paling banyak mengalami perubahan adalah: kepribadian, selera/cita-rasa terhadap makanan, selera musik, dan aktivitas-aktivitas seksual.
Apakah mungkin memori kita juga berada di dalam sel-sel tubuh kita selain berada di dalam otak kita?
Kebanyakan orang saat ini menganggap memori (ingatan) hanya terkait dengan fungsi otak, sementara saat ini sudah banyak ilmuwan yang menolak anggapan tersebut.
Candace Pert, penulis buku “Molecules of Emotion: Why You Feel the Way You Feel” mengatakan, “Memori tidak hanya tersimpan di dalam otak, tetapi juga tersimpan di dalam sebuah jaringan psikomatis yang meluas ke seluruh organ internal tubuh sampai ke permukaan luar kulit manusia.”
Setelah menemukan bahwa neuropeptides ada dalam semua jaringan tubuh manusia, Pert meyakinkan bahwa melalui cellular receptor (sel-sel yang peka rangsangan), kemungkinan pikiran atau memori tinggal di dalam bawah sadar atau kesadaran manusia yang secara psikologis telah terjadi jalinan hubungan antara memori, organ dan pikiran.
Para saintis dari Universitas Arizona dan penulis The Living Energy Universe, Gary Schwartz, PhD, dan Linda Russek, PhD, mengemukakan hipotesa universal living memory (memori yang berada di segenap alam semesta) yang mereka yakini bahwa “Semua sistem menyimpan energi secara dinamis…dan informasi ini diteruskan sebagai suatu kehidupan, atau sistem yang berkembang setelah struktur fisik telah terbentuk.
Schwartz dan Russek percaya bahwa teori inilah yang bisa menjelaskan bagaimana informasi dan energi dari jaringan pendonor bisa muncul secara sadar ataupun tidak sadar pada si penerima donor.
Paul Pearsall, MD, seorang psychoneuroimmunologist dan penulis buku The Heart’s Code, telah meneliti pemindahan memori melalui pencangkokan organ tubuh. Setelah mewawancarai hampir 150 penerima donor jantung dan organ tubuh lain, Pearsall mengemukakan suatu penemuan bahwa ternyata jaringan sel-sel yang hidup mempunyai kapasitas untuk mengingat.
Akhirnya pada musim semi 2002, bersama Schwartz dan Russek, Pearsall melakukan satu penelitian, yang diterbitkan Journal Near-Death Studies, dengan judul, “Perubahan Paralel Kepribadian Pada Penerima Donor Jantung Dengan Si Pendonor.”
2008 ini, sebuah film berjudul The Eye yang dibintangi Jessica Alba mengisahkan kasus Cellular Memory ini. Hanya saja di dalam film tersebut yang di cangkok adalah mata bukan jantung seperti yang banyak diungkap para peneliti.
Namun semua penemuan itu mengingatkan saya pada ayat-ayat Quran : “Pada hari , lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka atas apa yang dahulu mereka kerjakan.” (QS Al-Nur [24] ayat 24)
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (QS Yaasin [36] ayat 65)
Laa hawla wa laa quwwata illa billah
Sumber : qitori.wordpress.com, www.med.unc.edu