Tipsiana.com - Sebuah tulisan dari sebuah timeline Facebook sangat menggelitik. Tulisan tersebut mengingatkan kembali kenangan masa kecil generasi tahun 70 hingga 90-an. Timeline yang ditulis oleh Akun bernama Gabriel Photograph Lombok ini membandingkan betapa bedanya anak-anak jaman dahulu dengan jaman sekarang. Sekaligus menyindir pergeseran tingkah laku anak sekarang yang serba digital, materialistis dan indivualis.
Berikut petikan tulisan beliau yang inspiratif dan penuh kenangan manis masa kecil generasi lalu yang menurut para psikolog, adalah generasi yang paling bahagia.
Kami adalah generasi terakhir yang masih bermain di halaman rumah yg luas. Kami berlari dan bersembunyi penuh canda-tawa dan persahabatan. Main Petak Umpet, Boy-boynan, gobag sodor, Lompat tali, Masak-masakan, sobyong, jamuran, putri putri Melati tanpa peringatan dari Bpk Ibu. Kami bisa memanfaatkan gelang karet, isi sawo, kulit jeruk, batre bekas, sogok telik menjadi permainan yg mengasyikkan.
Kami yg tiap melihat pesawat terbang langsung teriak minta uang. Kami generasi yang ngantri di wartel dari jam 5 pagi, berkirim surat dan menanti surat balasan dengan penuh rasa rindu. Tiap sore kami menunggu cerita radio Brama Kumbara, berkirim salam lewat penyiar radio.
Kamilah generasi yang SD nya merasakan papan tulis berwarna hitam, masih pakai pensil dan rautan yang ada kaca di salah satunya. Kamilah generasi yang SMP dan SMA nya masih pakai papan tulis hitam dan kapur putih.
Generasi yang meja sekolahnya penuh dengan coretan kejujuran kami melalui tulisan Tipe-X putih, generasi yang sering mencuri pandang teman sekolah yang kita naksir, kirim salam buat dia lewat temannya dan menyelipkan surat cinta di laci mejanya,hehehe..
Kami adalah generasi yang merasakan awal mula teknologi gadget komunikasi seperti pager, Komputer Pentium jangkrik 486 dan betapa canggihnya Pentium 1 66Mhz. Kami generasi yang sangat bangga kalau memegang Disket kapasitas 1.44Mb dan paham sedikit perintah Dos dengan mengetik copy, del, md, dir/w/p.
Kami adalah generasi yang memakai MIRC untuk chatting dan Searching memakai Yahoo. Generasi bahagia yang pertama mengenal Nintendo, Game watch yang belum berwarna. Generasi kamilah yang merekam lagu dari siaran radio ke pita kaset tape, yang menulis lirik dengan cara play-pause-rewind, dan memanfaatkan pensil utk menggulung pita kaset ya macet, kirim kirim salam ama temen2 lewat siaran radio saling sindir dan bla bla bla, generasi penikmat awal Walkman dan mengenal apa itu Laserdisc, VHS.
Kamilah generasi layar tancap Misbar yang merupakan cikal bakal bioskop Twenty One. Kami tumbuh diantara para legenda cinta seperti KLA Project, Dewa 19, Padi, masih tak malu menyanyikan lagu Sheila on7, dan selalu tanpa sadar ikut bersenandung ketika mendengar lagu: "mungkin aku bukan pujangga, yang pandai merangkai kata."
Kami generasi bersepatu Warior dan rela nyeker berangkat sekolah tanpa sepatu kalau sedang hujan. Cupu tapi bukan Madesu. Kami adalah generasi yang bebas, bebas bermotor tanpa helm, yang punya sepeda, sepedanya disewain 200 rupiah /jam, bebas dari sakit leher krn kebanyakan melihat ponsel, bebas manjat tembok stadion, bebas mandi dikali disungai, dll. Bebas manggil teman sekolah dengan nama bapaknya. Bebas bertanggung jawab.
Sebagai anak bangsa Indonesia, Kami hafal Pancasila, Nyanyian Indonesia Raya, maju tak gentar, Teks proklamasi, Sumpah Pemuda, Nama nama para Menteri kabinet pembangunan IV dan Dasadharma Pramuka dan Nama nama seluruh provinsi di Indonesia. Kini disaat kalian sedang sibuk2nya belajar dengan kurikulum mu yang njelimet, kami asik2an mengatur waktu untuk selalu bisa ngumpul reunian dg generasi kami.
Betapa bahagianya generasi kami.
Maaf adik2… kalian belajar yang keras ya untuk mendapatkan kebahagian dengan cara kalian sendiri…
Salam sayang dari kami.
Sumber : Akun Facebook Gabriel Photograph Lombok
Berikut petikan tulisan beliau yang inspiratif dan penuh kenangan manis masa kecil generasi lalu yang menurut para psikolog, adalah generasi yang paling bahagia.
Kami adalah generasi terakhir yang masih bermain di halaman rumah yg luas. Kami berlari dan bersembunyi penuh canda-tawa dan persahabatan. Main Petak Umpet, Boy-boynan, gobag sodor, Lompat tali, Masak-masakan, sobyong, jamuran, putri putri Melati tanpa peringatan dari Bpk Ibu. Kami bisa memanfaatkan gelang karet, isi sawo, kulit jeruk, batre bekas, sogok telik menjadi permainan yg mengasyikkan.
Kami yg tiap melihat pesawat terbang langsung teriak minta uang. Kami generasi yang ngantri di wartel dari jam 5 pagi, berkirim surat dan menanti surat balasan dengan penuh rasa rindu. Tiap sore kami menunggu cerita radio Brama Kumbara, berkirim salam lewat penyiar radio.
Kamilah generasi yang SD nya merasakan papan tulis berwarna hitam, masih pakai pensil dan rautan yang ada kaca di salah satunya. Kamilah generasi yang SMP dan SMA nya masih pakai papan tulis hitam dan kapur putih.
Generasi yang meja sekolahnya penuh dengan coretan kejujuran kami melalui tulisan Tipe-X putih, generasi yang sering mencuri pandang teman sekolah yang kita naksir, kirim salam buat dia lewat temannya dan menyelipkan surat cinta di laci mejanya,hehehe..
Kami adalah generasi yang merasakan awal mula teknologi gadget komunikasi seperti pager, Komputer Pentium jangkrik 486 dan betapa canggihnya Pentium 1 66Mhz. Kami generasi yang sangat bangga kalau memegang Disket kapasitas 1.44Mb dan paham sedikit perintah Dos dengan mengetik copy, del, md, dir/w/p.
Kami adalah generasi yang memakai MIRC untuk chatting dan Searching memakai Yahoo. Generasi bahagia yang pertama mengenal Nintendo, Game watch yang belum berwarna. Generasi kamilah yang merekam lagu dari siaran radio ke pita kaset tape, yang menulis lirik dengan cara play-pause-rewind, dan memanfaatkan pensil utk menggulung pita kaset ya macet, kirim kirim salam ama temen2 lewat siaran radio saling sindir dan bla bla bla, generasi penikmat awal Walkman dan mengenal apa itu Laserdisc, VHS.
Kamilah generasi layar tancap Misbar yang merupakan cikal bakal bioskop Twenty One. Kami tumbuh diantara para legenda cinta seperti KLA Project, Dewa 19, Padi, masih tak malu menyanyikan lagu Sheila on7, dan selalu tanpa sadar ikut bersenandung ketika mendengar lagu: "mungkin aku bukan pujangga, yang pandai merangkai kata."
Kami generasi bersepatu Warior dan rela nyeker berangkat sekolah tanpa sepatu kalau sedang hujan. Cupu tapi bukan Madesu. Kami adalah generasi yang bebas, bebas bermotor tanpa helm, yang punya sepeda, sepedanya disewain 200 rupiah /jam, bebas dari sakit leher krn kebanyakan melihat ponsel, bebas manjat tembok stadion, bebas mandi dikali disungai, dll. Bebas manggil teman sekolah dengan nama bapaknya. Bebas bertanggung jawab.
Sebagai anak bangsa Indonesia, Kami hafal Pancasila, Nyanyian Indonesia Raya, maju tak gentar, Teks proklamasi, Sumpah Pemuda, Nama nama para Menteri kabinet pembangunan IV dan Dasadharma Pramuka dan Nama nama seluruh provinsi di Indonesia. Kini disaat kalian sedang sibuk2nya belajar dengan kurikulum mu yang njelimet, kami asik2an mengatur waktu untuk selalu bisa ngumpul reunian dg generasi kami.
Betapa bahagianya generasi kami.
Maaf adik2… kalian belajar yang keras ya untuk mendapatkan kebahagian dengan cara kalian sendiri…
Salam sayang dari kami.
Sumber : Akun Facebook Gabriel Photograph Lombok