Tipsiana.com - Di sebuah jalan kota batavia, tampak seorang anak kecil berusia tak lebih dari tujuh tahun membopong dua keranjang yang besarnya dua kali besar tubuhnya. Napasnya tersengal membawa dagangan mainan anak yang berat. Kontras dengan yang ada di depannya, dua anak Belanda beserta ibunya dengan riang memanggil si pedagang cilik tadi.
Itulah sedikit gambaran kondisi anak Indonesia sebelum merdeka yang terekam dalam sebuah film dokumenter di tahun 1939. Sebuah pemandangan miris dimana anak yang seharusnya bisa menikmati masa kecilnya dengan bermain, harus mencari nafkah layaknya orang dewasa.
Dalam bagian lain video ini, anak yang sedikit lebih besar nasibnya tak jauh beda. Mereka harus bekerja keras di pelabuhan demi upah sedikit uang receh dan sekaleng beras. Tubuh mereka kurus dan pakaian mereka compang-camping tak layak pakai.
Film langka yang berjudul "The Coveted East Indies” ini diproduseri oleh Deane Dickson. Meski direkam tanpa suara, disparitas kaya miskin antara pribumi dan para ekspatriat Belanda sangat terasa dan pahitnya penderitaan penjajahan sangat kental di film ini. Pribumi banyak yang tampak tersenyum karena direkam kamera, tapi kondisi tubuh dan lingkungan sekitar mereka bisa melukiskan keadaan yang sesungguhnya.
Mirisnya, setelah lebih dari tujuh dekade kita merdeka, pemandangan yang mirip masih saja kita temui. Anak-anak mengamen dan mengemis dijalanan ibukota, atau bekerja di jermal lepas pantai. Meski negeri kita telah merdeka, entah sampai kapan kita bisa merdeka dari kemiskinan.
Anda bisa menyimak versi lengkap filmnya disini :
Itulah sedikit gambaran kondisi anak Indonesia sebelum merdeka yang terekam dalam sebuah film dokumenter di tahun 1939. Sebuah pemandangan miris dimana anak yang seharusnya bisa menikmati masa kecilnya dengan bermain, harus mencari nafkah layaknya orang dewasa.
Dalam bagian lain video ini, anak yang sedikit lebih besar nasibnya tak jauh beda. Mereka harus bekerja keras di pelabuhan demi upah sedikit uang receh dan sekaleng beras. Tubuh mereka kurus dan pakaian mereka compang-camping tak layak pakai.
Film langka yang berjudul "The Coveted East Indies” ini diproduseri oleh Deane Dickson. Meski direkam tanpa suara, disparitas kaya miskin antara pribumi dan para ekspatriat Belanda sangat terasa dan pahitnya penderitaan penjajahan sangat kental di film ini. Pribumi banyak yang tampak tersenyum karena direkam kamera, tapi kondisi tubuh dan lingkungan sekitar mereka bisa melukiskan keadaan yang sesungguhnya.
Mirisnya, setelah lebih dari tujuh dekade kita merdeka, pemandangan yang mirip masih saja kita temui. Anak-anak mengamen dan mengemis dijalanan ibukota, atau bekerja di jermal lepas pantai. Meski negeri kita telah merdeka, entah sampai kapan kita bisa merdeka dari kemiskinan.
Anda bisa menyimak versi lengkap filmnya disini :