7 April 2017

Sarin: Gas Maut Temuan Nazi yang Tak Berani Dipakai Hitler Dalam Perang

Tipsiana.com -  Awan maut yang membawa kehancuran di kota Khan Seikhoun, Provinsi Idlib, Suriah pada Selasa, 4 April 2017 itu tak memiliki bau dan karena begitu berbahaya, bahkan orang yang menyentuh tubuh korban pun akan teracuni. Itulah gas Sarin, senyawa kimia yang dikembangkan oleh Nazi dan memiliki efek 26 kali lebih mematikan dari racun sianida.

Dokter mengatakan para korban menderita dilatasi (pelebaran) pupil, kejang otot dan buang air besar tanpa sadar. Ini adalah ciri umum mereka yang terpapar gas sarin. WHO juga menyatakan para korban yang jatuh di Suriah telah terpapar "Nerve agent" - senyawa yang bereaksi menyerang sistem saraf.


Semua gejala yang muncul mengarah pada sarin, sebuah senjata kimia yang ditemukan secara tak sengaja pada tahun 1938 oleh peneliti Jerman saat meneliti insektisida. Ahli kimia yang bertanggungjawab atas proyek tersebut awalnya berpikir kalau mereka telah gagal, karena campuran yang mereka buat terlalu mematikan bagi hewan dan manusia jika digunakan dalam pertanian. Tapi ternyata Adolf Hitler tertarik dan memerintahkan proyek tersebut diambil alih oleh divisi senjata.

Hitler sangat terkesan dengan senjata barunya, ia menamainya sebagai 'sarin', yang merupakan singkatan dari nama para penemunya - Gerhard Scharader, Otto Ambros, Gerhard Ritter, dan Hans Jurgen von Linde.

Efek paparan gas sarin sangat seketika, yang akan membuat korbannya mati tersiksa. Menghirup gas ini sedikit saja, akan membuat korban mengeluarkan air liur dan muntah-miuntah hanya dalam sepuluh detik, nafas menjadi dangkal dan tak menentu.

Kurang dari semenit setelah terpapar, sistem saraf korban akan diserang hebat, membuat tubuh tak bisa lagi mengontrol pernafasan. Paru-paru akan mengeluarkan lendir sebagai usaha untuk mengeluarkan gas, yang membuat mulut korban berbusa disertai batuk darah.


Kondisi medis ini dikenal dengan istilah SLUDGE, Salivation (lendir ludah), Lacrimation (keluar air mata), Urination (keluar urin), Defecation (keluar feses), distress Gastrointestinal dan Emesis (muntah-muntah). Tubuh akan kehilangan kemampuan mengendalikan fungsinya.

Kebanyakan hanya butuh waktu satu menit hingga korban tewas setelah menghirup gas sarin. Kemampuan bertahan tubuh maksismum hanya sepuluh menit. Yang beruntung bisa selamat, adalah yang hanya menghirup gas dalam jumlah sangat sedikit atau tak sengaja menyentuh tubuh korban. Namun mereka terancam akan mengalami kerusakan saraf dan otak permanen.

Penemuan agen saraf oleh Nazi ini dimulai ketika Hitler memerintahkan untuk mengembangkan pestisida dan insektisida pertanian yang akan menjamin Jerman tak lagi bergantung pada sumber pangan dari luar negeri sebagai persiapan perang. Scharader, 33 tahun, memimpin penelitian ini.

Setelah gagal memperoleh insektisida yang ampuh dari Flourida, ia memutuskan untuk mencampur fospor dengan sianida. Ternyata temuannya tak hanya bisa membunuh serangga, percobaan pada hewan menghasilkan temuan mengejutkan. Seekor monyet tewas dengan mulut berbusa hanya dalam hitungan detik. Tikus menggigiti kulitnya sendiri sebelum mati sesak. Burung jatuh dari tempatnya bertengger tanpa sempat mengeluarkan suara.

Scharader akhirnya berpikir ia telah gagal menjalankan misinya karena senyawa temuannya tak bisa di gunakan dalam pertanian karena sangat beracun. Tapi Hitler melihat kegunaan lain dari temuan tersebut. Dalam sejarah kemiliteran, ia tahu Jerman telah memulai apa yang dikenal sebagai perang senjata kimia pada 22 April 1915, ketika gas klorin ditembakkan kearah tentara Perancis yang berlindung dalam parit.


Lebih dari 90.000 tentara tewas keracunan gas klorin. Sarin jauh lebih mematikan dari gas klorin atau gas mustard. Pada tahun 1940, the Waffenamt - Biro Senjata Militer Jerman, mulai membangun fasilitas produksi rahasia, yang dikerjakan para peneliti berpakaian pelindung. Scharader sekali lagi ditunjuk sebagai pimpinan proyek.

Sepuluh ton gas sarin berhasil di produksi, ini cukup untuk membunuh jutaan manusia. Tapi Hitler tak pernah menggunakannya setelah para penasehatnya mengingatkan bahwa pihak Barat, termasuk Inggris dan Amerika, ternyata juga telah menyiapkan gas mustard dan akan menjatuhkannya ke wilayah Jerman bila Hitler nekat menembakkan gas sarin ke musuhnya. Hitler takut akan terjadi bencana besar akibat senjata gas sarin yang telah dipersiapkannya.


Baik Amerika maupun Rusia belakangan juga melakukan penelitian untuk membuat gas sarin dalam program pengembangan senjata kimia rahasia masing-masing negara. Tapi mereka tak pernah menggunakannya dalam operasi tempur.

Yang pada akhirnya tercatat sebagai pengguna adalah Saddam Hussein, yang memakainya untuk melawan pemberontak Kurdi di kota Halabja pada tahun 1998. Pesawat udara Irak menjatuhkan bom bermuatan sarin, seketika membunuh 5000 orang dan dilaporkan 12000 orang pada beberapa hari berikutnya.


Di tahun 1995, teroris yang terhubung dengan penganut aliran sesat di Jepang melancarkan serangan gas sarin di bawah terowongan kota Tokyo, membunuh 12 orang dan melukai lebih dari 5000 orang lainnya. Ini adalah serangan paling mematikan yang terjadi di Jepang sejak Perang Dunia II.

Sebagai tindakan pencegahan penggunaan sarin dalam perang modern, senyawa ini resmi dilarang digunakan sejak tahun 1997 dibawah konvensi senjata kimia PBB. Tapi ternyata tidak semua persedian gas sarin telah dimusnahkan.

Pada 2013, Presiden Barrack Obama mengklaim Suriah telah melampaui batas dengan menjatuhkan 1.000 kg bom sarin kearah wilayah pemberontak di Damaskus yang membunuh 1.400 orang.

Karena peristiwa ini, tentara AS nyaris ikut menyerang Suriah. Intervensi AS batal setelah Rusia membuat kesepakatan dengan rezim Assad agar Suriah menghancurkan semua persediaan senjata kimia mereka.


Namun dengan kejadian yang dikutuk dunia baru-baru ini, telah membuktikan kalau rezim Assad ternyata tidak mematuhi kesepakatan karena tetap memiliki senjata kimia. Parahnya, Suriah berdalih mereka tidak menggunakan gas sarin, tapi bom mereka telah meledakkan gas sarin yang disimpan pemberontak. Tentu saja dunia tak percaya dengan dalih mereka dan tetap menyalahkan Assad.

Jadi mengapa Assad tega melakukan hal keji tersebut? Analis mengatakan Assad ingin mengirimkan pesan kepada para pemberontak bahwa ia bisa bertindak sesukanya karena ia kebal hukum. Ia tak peduli betapa sadis perbuatannya karena yang terpenting baginya, ia tetap bisa berkuasa di Suriah. Yang jelas, Assad ternyata lebih kejam dari Hitler.

Sumber : dailymail.co.uk