Tipsiana.com - Tujuan utama sebagian besar perusahaan dan pengiklan adalah membuat kita menghabiskan uang hasil kerja keras kita untuk hal-hal yang sebenarnya tidak kita perlukan. Trik yang mereka gunakan seringkali begitu lihai, sehingga bahkan konsumen yang paling kritis pun sering terjebak.
Namun, bukan berarti kita tak bisa menghindar dari trik dagang para produsen tersebut. Karena pengetahuan adalah kekuatan, maka di bawah ini Anda akan menemukan sepuluh taktik yang paling sering digunakan pedagang yang harus Anda ketahui. Ini akan membantu Anda membelanjakan uang dengan cara yang lebih tepat.
Karenanya, selain dari semua pewarna dan perasa buatan, produsen jus jeruk meningkatkan warna jus dengan menambahkan jus mandarin berwarna cerah dan pigmen dari kulit jeruk.
Trik lain adalah menghilangkan angka setelah titik desimal. Seporsi makanan seharga Rp.85.000,- mungkin tampak mahal, tapi jika hanya ditulis Rp. 85 K, akan membuat konsumen berasumsi angkanya tidak terlalu banyak. Ada juga restoran yang menuliskan angka setelah titik desimal dengan ukuran kecil. Sepiring Nasi goreng dihargai Rp. 19.999, tampak jadi lebih murahkan?
Demikian pula, gelembung sabun sering digunakan untuk membuat minuman terlihat lebih menyegarkan, lem digunakan sebagai pengganti susu dalam iklan sereal, dan zat yang disebut gliserin cenderung digunakan untuk membuat berbagai produk terlihat dingin, basah, dan segar.
Selain itu, banyak produk 'nol kalori' mengandung banyak aditif jahat untuk mengganti komponen tradisional.
Namun, bukan berarti kita tak bisa menghindar dari trik dagang para produsen tersebut. Karena pengetahuan adalah kekuatan, maka di bawah ini Anda akan menemukan sepuluh taktik yang paling sering digunakan pedagang yang harus Anda ketahui. Ini akan membantu Anda membelanjakan uang dengan cara yang lebih tepat.
1. Memberi Anda snack gratis
Kebanyakan orang akan sangat senang ketika restoran menawarkan makanan ringan gratis. Padahal, snack gratis yang Anda dapatkan biasanya mengandung banyak garam, yang akan membuat Anda memesan minuman tambahan. Demikian juga dengan roti dan makanan panggang lainnya, makanan ini akan membuat Anda semakin lapar. Ada juga bukti yang menunjukkan orang akan memberi uang tips lebih besar ketika bon mereka diselipkan permen gratis.2. Pewarnaan makanan
Warna makanan seringkali digunakan untuk mengakali kita saat membeli produk. Buah-buahan yang berwarna-warni mencolok akan lebih banyak disukai anak-anak, padahal rasanya sama persis dengan buah yang warnanya kurang mencolok.Karenanya, selain dari semua pewarna dan perasa buatan, produsen jus jeruk meningkatkan warna jus dengan menambahkan jus mandarin berwarna cerah dan pigmen dari kulit jeruk.
3. Manipulasi ukuran
Saat memilih minuman diantara ukuran kecil, sedang atau besar di restoran, pastikan apa yang Anda bayarkan setimpal dengan yang Anda dapatkan. Karena biasanya, perbedaan ukuran ketiganya sangat tipis (padahal perbedaan harganya cuku besar). Agar untung, Supermarket juga sering menerapkan trik yang sama dengan mengecilkan ukuran produk, sementara harga tetap.4. Efek digit sebelah kiri
Pernahkan Anda sadar banderol harga-harga di pertokoan sering diakhiri dengan angka .999? Misal harga sepotong t-shirt ditempeli harga Rp. 199.999,-. Ini dibuat karena pelanggan cenderung secara otomatis akan mengabaikan apapun angka yang tertulis setelah titik desimal. Otak Anda akan menipu Anda dengan berpikir bahwa harga Rp.199.999,- adalah masih dikisaran Rp. 100 ribuan, padahal yang sebenarnya harga yang harus Anda bayar adalah Rp.200.000,-.Trik lain adalah menghilangkan angka setelah titik desimal. Seporsi makanan seharga Rp.85.000,- mungkin tampak mahal, tapi jika hanya ditulis Rp. 85 K, akan membuat konsumen berasumsi angkanya tidak terlalu banyak. Ada juga restoran yang menuliskan angka setelah titik desimal dengan ukuran kecil. Sepiring Nasi goreng dihargai Rp. 19.999, tampak jadi lebih murahkan?
5. Menyembunyikan bahan tambahan tak sehat
Belakangan, sejak orang mulai memperhatikan kualitas makanan yang mereka makan, produsen makanan punya cara untuk menyembunyikan senyawa tak sehat dalam deskripsi produknya. Faktanya, gula sering disamarkan dengan terminologi lain seperti maltodextrin, fruktosa, glukosa, sirup dan sukrosa.6. Prinsip kelangkaan
Jika Anda melihat produk dengan harga khusus yang ditawarkan untuk waktu yang terbatas, pastikan Anda memeriksa apakah masih dijual hari berikutnya saat Anda mengunjungi toko. Ini karena penjual sering menggunakan strategi semacam itu untuk memaksa Anda membuat keputusan cepat, tanpa berpikir panjang untuk mengecek apakah harga yang ditawarkan memang lebih murah atau malah sama saja dengan harga normal.7. Format harga di menu
Restoran seringkali sengaja menghilangkan tanda Rupiah dalam menunya (hanya tertulis 55.000 padahal seharusnya Rp.55.000,-). Ini dibuat untuk memberikan kesan bahwa pelanggan sebenarnya tidak membayar makanan dengan uang sungguhan. Bahkan, ada bukti ilmiah bahwa orang menghabiskan lebih banyak uang di restoran yang menggunakan template menu semacam itu.8. Menggunakan iklan yang menyesatkan
Berpikirlah sebelum membeli, karena banyak dari apa yang Anda lihat dalam iklan sebenarnya adalah kebohongan! Iklan mobil sering difilmkan tanpa menggunakan mobil sungguhan, misalnya.Demikian pula, gelembung sabun sering digunakan untuk membuat minuman terlihat lebih menyegarkan, lem digunakan sebagai pengganti susu dalam iklan sereal, dan zat yang disebut gliserin cenderung digunakan untuk membuat berbagai produk terlihat dingin, basah, dan segar.
9. Ilusi nol kalori
Selain air, hampir tidak mungkin bahan apa pun sama sekali tidak mengandung kalori. Bahkan, hukum AS secara resmi mengizinkan apa pun yang berisi hingga 5 kalori untuk diberi label Zero Calorie (nol kalori).Selain itu, banyak produk 'nol kalori' mengandung banyak aditif jahat untuk mengganti komponen tradisional.