12 Maret 2015

Antara Atlantis, Gunung Padang dan Indonesia

Apa reaksi anda kalau sejarah mengatakan peradaban luhur manusia di muka Bumi dimulai dari Indonesia? berkata "Wow!"? atau "Omong kosong!"? Setidaknya ada dua hipotesa yang jadi dasar dari pertanyaan tersebut.

Atlantis terletak di Indonesia

Plato (427 – 347 SM), filsuf legendaris Yunani pernah menulis dalam bukunya Timaeus & Critias tentang sebuah peradaban sangat maju dan memiliki teknologi tinggi yang terletak di sebuah Benua bernama Atlantis. Diceritakan bahwa pada tahun 9500 SM (11.600 tahun yang lalu), Kerajaan Atlantis dengan pasukannya telah menaklukkan Eropa Barat dan Afrika. Sebelum sempat menyerang Yunani, tiba-tiba Atlantis tertimba bencana alam maha dahsyat hingga dalam satu malam, benua tersebut tenggelam ditelan lautan.

Sebagian orang menganggap cerita tersebut hanya Mitos sebagaimana cerita tentang dewa-dewa Yunani lainnya. Tapi beberapa Ilmuwan meyakini bahwa beberapa sejarah otentik, berawal dari legenda turun temurun. Apalagi bila ditelusuri 'track record' tulisan-tulisan Plato yang selalu menulis berdasar kenyataan.

Sejauh ini, letak bekas Benua Atlantis diyakini berada di Samudra Atlantik. Berdasarkan kondisi geografis dan kesejarahan, ada juga yang yakin Atlantis berada di Laut Tengah.

Adalah Prof. Arysio Santos, setelah mempelajari legenda Atlantis selama 30 tahun, mendobrak keyakinan mainstream para ilmuwan dengan menyatakan Benua Atlantis terletak di Indonesia. Jelas bukan tanpa dasar, pertama adalah ditemukannya kerangka Phitecantropus erectus, yang juga dinamai Manusia Jawa,  manusia purba ini pertama kalinya memang di temukan di Trinil, Kab. Ngawi Jawa Timur. Penemuan ini adalah penemuan manusia purba pertama.

Disusul penemuan manusia spesies Hobbit (manusia kerdil) di Flores. Dengan ditemukannya manusia purba di Indonesia, menguatkan dugaan Indonesia adalah asal peradaban.

Plato
Kondisi geografi yang digambarkan Plato tentang Atlantis dengan keadaan Indonesia juga mirip, Indonesia dijuluki 'Ring of Fire', Cincin api, karena memiliki banyak gunung api aktif yang mengelilingi Nusantara, mirip dengan deskripsi Plato. Bencana alam yang menenggelamkan Atlantis salah satunya disebabkan meletusnya seluruh gunung api yang mengelilinginya.

Di Bukunya, Plato juga bercerita tentang tumbuhan dan pertanian Atlantis. Atlantis ditumbuhi pohon kelapa dan nanas, memiliki teknik bertani undakan (terasering) dan irigasi, memiliki 2 musim, hujan dan kemarau, memiliki dupa dan wewangian dan beberapa kemiripan lainnya. Semua deskripsi tersebut mengarahkan pada kondisi geografis dan ciri-ciri kebudayaan awal Nusantara.

Dengan semua kemiripan itu, Prof. Santos memiliki modal kuat untuk mempertahankan hipotesanya. Tapi yang menjadi pertanyaan, mengapa para ilmuan yang telah membaca naskah Plato tidak sampai pada kesimpulan yang sama dengan menyatakan bahwa Atlantis berada di daerah tropis? Tapi mengarahkan  perkiraan lokasi Atlantis di daerah non tropis. Apakah karena mereka salah memahami naskah atau karena rasa Superioritas mereka yang 'tidak rela' kalau peradaban kuno bukan dari daerah mereka. Atau mungkin malah Prof. Santos yang mencari populeritas dengan sengaja keluar dari arus utama untuk mendapatkan ketenaran. 

Gunung Padang, Jawa Barat
Semua keraguan tersebut akan terjawab bila para ilmuwan telah mendapatkan 'mata rantai yang hilang'. Seluruh bukti geologis, geografis dan kemiripan budaya tidak akan lengkap tanpa ditemukannya bukti historis, yaitu bukti artefak, yang sampai sekarang memang belum ada yang berhasil menemukannya.

Mata rantai yang hilang tersebut sepertinya akan segera menyatu dengan ditemukannya situs Megalitikum Gunung Padang. Situs yang dianggap sebagai salah satu yang terbesar di Asia tersebut kini sedang dipelajari oleh para ahli Indonesia dari multi-bidang. Situs Gunung Padang mengarahkan dugaan bahwa Indonesia memang pernah menjadi sumber peradaban luhur di muka bumi.