Kita sedang hidup di zaman keemasan kebahagiaan - setidaknya itulah yang dikatakan studi ilmiah tentang kebahagiaan.
Bidang psikologi positif yang berkembang dengan pesat sejak awal tahun 1998, secara dramatis meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana manusia mengembangkan pemikirannya. Kita sekarang tahu lebih dari sebelumnya tentang apa yang membuat kita bahagia, bagaimana kita bisa menyebarkan kebahagian ke lingkungan sekitar kita dan bagaimana kebahagiaan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental kita.
Tapi semua pemahaman itu hanyalah awal. Pada dekade selanjutnya kita cenderung melihat bahwa pemahaman yang mendalam tentang emosi positif dapat diterapkan secara praktis untuk meningkatkan kebahagiaan secara menyeluruh.
Penelitian yang berkembang tentang kebahagiaan menawarkan cara mencapai kebahagian dalam hidup kita sehingga dapat menyebarkannya kepada orang lain. Berikut adalah delapan temuan ilmiah tentang kebahagian dan alasan mengapa kita akan lebih bahagia di masa depan.
Salah satu survei yang dilakukan pada tahun 2013 menemukan bahwa usia 23 dan 69 tahun adalah dua usia dimana manusia merasa paling bahagia dalam hidupnya. Data lain menunjukkan bahwa setelah tingkat kebahagiaan turun pada usia paruh baya, rasa bahagia cenderung meningkat terus sampai usia tua. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duke University pada tahun 2006 menemukan bahwa pada usia 70 tahun orang akan merasa lebih bahagia dibanding kebahagian yang telah dirasakan di usia 30 tahun.
Mengapa? penghargaan yang lebih besar pada kehidupan dan keikhlasan pada cobaan hidup menjadi alasannya. Sehingga mereka akan menjadi lebih rileks dan hidup dalam tingkatan stres yang lebih rendah.
"Semakin kita menua, kita akan lebih menerima siapa kita sebenarnya, kita tidak lagi berfokus pada akan menjadi apa kita nantinya,' tulis Ken Eisold, seorang ahli psikoanalisis. "Kita akan lebih santai menjadi diri sendiri."
Sebenarnya kita dapat me-rewire otak kita agar lebih bahagia dengan memfokuskan perhatian kita pada pengalaman dan emosi positif. Menurut Rick Hanson, seorang penulis, ketika Anda selalu mengingat sebuah pengalaman positif, otak akan mengkodekan kebahagiaan tersebut secara kimia dalam saraf Anda. Semakin sering Anda mengingat momen-momen bahagia, koneksi pada otak akan semakin kuat dari waktu ke waktu.
Semakin lama neuron menyala, maka makin banyak neuron lain yang ikut menyala. Dan semakin intensif nyala neuron tadi, mereka akan saling terhubung dan makin menguatkan inner strenght kita sehingga kita akan merasakan kebahagiaan, rasa syukur, rasa percaya diri, merasa telah sukses, perasaan dicintai dan mencintai.
Emosi positif telah terbukti meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, positif mengubah ekspresi gen, meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, dan banyak lagi manfaat kesehatan fisik lainnya.
"Selama periode tertentu, orang-orang yang memiliki hubungan yang kuat dengan keluarga, teman, atau rekan kerja memiliki kesempatan 50 persen lebih besar untuk hidup lebih lama daripada mereka dengan hubungan sosial yang lebih sedikit," koresponden medis CNN Dr. Sanjay Gupta menulis. "Jika hubungan kita dapat memiliki efek pada kesehatan secara keseluruhan, mengapa kita tidak memprioritaskan menghabiskan waktu dengan orang-orang di sekitar kita sebanyak yang kita lakukan saat berolahraga dan makan?"
"Saya percaya kita harus bergerak melampaui emosi positif dan menyatukannya dengan trauma dan kecemasan, serta menyelidiki bagaimana emosi 'negatif' bisa membuat seseorang menjadi lebih baik dan bahagia," kata Kaufman.
Membantu orang lain juga dapat menjadi cara yang efektif untuk memerangi perasaan 'terputus' dari dunia nyata dalam kehidupan kita yang semakin bergantung pada dunia online.
"Terlalu banyak penggunaan teknologi benar-benar dapat mengisolasi kita dan membuat kita kesepian," kata Kaufman. "Juga, generasi tampaknya semakin narsis dan egois, dan kita tahu itu tidak kondusif untuk kebahagiaan. Saya pikir kita hanya akan lebih bahagia di masa depan jika kita bisa mencari cara untuk memanfaatkan teknologi baru agar bermanfaat untuk membantu orang lain. "
Manfaat tambahan dari menolong sesama? Kebaikan tersebut dapat menular.
Dalam beberapa tahun terakhir, psikolog telah menunjukkan apa yang dikatakan Frankl ternyata benar: Kebahagiaan tidak hanya datang dari mengejar kesenangan atau pengalaman positif. Kebahagiaan yang abadi (dan kesehatan yang baik) berasal dari mengerti akan tujuan hidup.
"Seseorang harus memiliki alasan untuk 'bahagia.'" Penelitian telah menunjukkan bahwa rasa miliki tujuan hidup dapat meningkatkan rasa percaya diri dan bahkan dapat menangkal depresi.
"Penelitian menunjukkan bahwa kita paling bahagia di masa sekarang," kata Seppala. "Kita akan lebih bahagia di masa depan, jika kita belajar untuk menghadirkannya!"
Sumber: huffingtonpost.com
Bidang psikologi positif yang berkembang dengan pesat sejak awal tahun 1998, secara dramatis meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana manusia mengembangkan pemikirannya. Kita sekarang tahu lebih dari sebelumnya tentang apa yang membuat kita bahagia, bagaimana kita bisa menyebarkan kebahagian ke lingkungan sekitar kita dan bagaimana kebahagiaan dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental kita.
Tapi semua pemahaman itu hanyalah awal. Pada dekade selanjutnya kita cenderung melihat bahwa pemahaman yang mendalam tentang emosi positif dapat diterapkan secara praktis untuk meningkatkan kebahagiaan secara menyeluruh.
Penelitian yang berkembang tentang kebahagiaan menawarkan cara mencapai kebahagian dalam hidup kita sehingga dapat menyebarkannya kepada orang lain. Berikut adalah delapan temuan ilmiah tentang kebahagian dan alasan mengapa kita akan lebih bahagia di masa depan.
1. Kita akan Bahagia saat Kita Semakin Tua
Meskipun kita cenderung lebih memperhatikan masalah penuaan yang makin melemahkan, namun kita harus melihat hal positif apa yang kita dapat seiring bertambahnya usia.Salah satu survei yang dilakukan pada tahun 2013 menemukan bahwa usia 23 dan 69 tahun adalah dua usia dimana manusia merasa paling bahagia dalam hidupnya. Data lain menunjukkan bahwa setelah tingkat kebahagiaan turun pada usia paruh baya, rasa bahagia cenderung meningkat terus sampai usia tua. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Duke University pada tahun 2006 menemukan bahwa pada usia 70 tahun orang akan merasa lebih bahagia dibanding kebahagian yang telah dirasakan di usia 30 tahun.
Mengapa? penghargaan yang lebih besar pada kehidupan dan keikhlasan pada cobaan hidup menjadi alasannya. Sehingga mereka akan menjadi lebih rileks dan hidup dalam tingkatan stres yang lebih rendah.
"Semakin kita menua, kita akan lebih menerima siapa kita sebenarnya, kita tidak lagi berfokus pada akan menjadi apa kita nantinya,' tulis Ken Eisold, seorang ahli psikoanalisis. "Kita akan lebih santai menjadi diri sendiri."
2. Anda dapat Memprogram Otak Agar lebih Bahagia
Salah satu hal yang paling menakjubkan tentang otak manusia adalah kemampuan neuroplastisitas - kapasitas otak untuk memprogram dirinya sendiri sebagai respon dari pengalaman baru.Sebenarnya kita dapat me-rewire otak kita agar lebih bahagia dengan memfokuskan perhatian kita pada pengalaman dan emosi positif. Menurut Rick Hanson, seorang penulis, ketika Anda selalu mengingat sebuah pengalaman positif, otak akan mengkodekan kebahagiaan tersebut secara kimia dalam saraf Anda. Semakin sering Anda mengingat momen-momen bahagia, koneksi pada otak akan semakin kuat dari waktu ke waktu.
Semakin lama neuron menyala, maka makin banyak neuron lain yang ikut menyala. Dan semakin intensif nyala neuron tadi, mereka akan saling terhubung dan makin menguatkan inner strenght kita sehingga kita akan merasakan kebahagiaan, rasa syukur, rasa percaya diri, merasa telah sukses, perasaan dicintai dan mencintai.
3. Pikiran Bahagia, Tubuh Sehat
Semakin banyak sains yang mengungkapkan kedalaman hubungan pikiran dengan tubuh kita. Kini kita tahu bahwa mengembangkan keadaan positif pada pikiran tidak hanya baik untuk kesehatan mental Anda namun juga dapat menjaga tubuh Anda tetap sehat dan melindungi Anda dari penyakit.Emosi positif telah terbukti meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, positif mengubah ekspresi gen, meningkatkan kualitas tidur dan mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke, dan banyak lagi manfaat kesehatan fisik lainnya.
4. Hubungan Sosial adalah Kunci Bahagia
Manusia adalah makhluk sosial, dan kualitas hubungan kita terkait erat dengan kebahagiaan fisik dan mental kita."Selama periode tertentu, orang-orang yang memiliki hubungan yang kuat dengan keluarga, teman, atau rekan kerja memiliki kesempatan 50 persen lebih besar untuk hidup lebih lama daripada mereka dengan hubungan sosial yang lebih sedikit," koresponden medis CNN Dr. Sanjay Gupta menulis. "Jika hubungan kita dapat memiliki efek pada kesehatan secara keseluruhan, mengapa kita tidak memprioritaskan menghabiskan waktu dengan orang-orang di sekitar kita sebanyak yang kita lakukan saat berolahraga dan makan?"
5. Kita dapat Tumbuh Berkembang dalam Menghadapi Tantangan Hidup
Ilmu bidang Post-traumatic semakin berkembang, bidang ini telah melakukan riset tentang bagaimana orang ternyata tidak hanya bertahan namun mampu berkembang saat menghadapi kesulitan. Dan menurut Dr. Scott Barry Kaufman, seorang psikolog Universitas Pennsylvania, fakta ini merupakan topik yang paling menarik dalam bidang pasca trauma saat ini."Saya percaya kita harus bergerak melampaui emosi positif dan menyatukannya dengan trauma dan kecemasan, serta menyelidiki bagaimana emosi 'negatif' bisa membuat seseorang menjadi lebih baik dan bahagia," kata Kaufman.
6. Kita lebih Bahagia Ketika Kita Membantu Orang Lain
Berbuat baik pada orang lain merupakan jalan pintas menuju kebahagiaan. Kesukarelawanan membuat orang lebih bahagia dan membuat mereka panjang umur, demikian menurut sebuah studi pada tahun 2013 yang dilakukan oleh University of Exeter.Membantu orang lain juga dapat menjadi cara yang efektif untuk memerangi perasaan 'terputus' dari dunia nyata dalam kehidupan kita yang semakin bergantung pada dunia online.
"Terlalu banyak penggunaan teknologi benar-benar dapat mengisolasi kita dan membuat kita kesepian," kata Kaufman. "Juga, generasi tampaknya semakin narsis dan egois, dan kita tahu itu tidak kondusif untuk kebahagiaan. Saya pikir kita hanya akan lebih bahagia di masa depan jika kita bisa mencari cara untuk memanfaatkan teknologi baru agar bermanfaat untuk membantu orang lain. "
Manfaat tambahan dari menolong sesama? Kebaikan tersebut dapat menular.
7. Kebahagiaan Abadi Lahir dari Mengerti Akan Tujuan Hidup
"Kebahagiaan tidak bisa dikejar, melainkan harus dipastikan terjadi," tulis psikiater Austria yang selamat dari peristiwa Holocaust, Viktor Frankl. "Seseorang harus memiliki alasan untuk 'bahagia.'"Dalam beberapa tahun terakhir, psikolog telah menunjukkan apa yang dikatakan Frankl ternyata benar: Kebahagiaan tidak hanya datang dari mengejar kesenangan atau pengalaman positif. Kebahagiaan yang abadi (dan kesehatan yang baik) berasal dari mengerti akan tujuan hidup.
"Seseorang harus memiliki alasan untuk 'bahagia.'" Penelitian telah menunjukkan bahwa rasa miliki tujuan hidup dapat meningkatkan rasa percaya diri dan bahkan dapat menangkal depresi.
8. Perenungan adalah Pintu Gerbang Menuju Kebahagiaan
Agar bisa merenung, Anda tidak perlu menjadi seorang ahli yogi atau menjadi seorang guru meditasi untuk membuat diri Anda setidaknya "10 persen lebih bahagia," kata Dan Harris, Pewarta ABC. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi meningkatkan perasaan positif dan kebahagiaan psikologis, selain menangkal stres, depresi dan kecemasan."Penelitian menunjukkan bahwa kita paling bahagia di masa sekarang," kata Seppala. "Kita akan lebih bahagia di masa depan, jika kita belajar untuk menghadirkannya!"
Sumber: huffingtonpost.com