30 Mei 2015

Pertimbangkan Hal Ini Sebelum Anda Membuat Tato

Menurut sebuah penelitian, sekitar 1 dari 5 orang dewasa di Amerika memiliki tato, dan mereka beresiko terkena komplikasi penyakit kulit kronis.

Studi terbaru memperingatkan, membuat tato dapat meningkatkan resiko terkena masalah kulit jangka panjang. Peneliti utama di Departemen Dermatologi NYU Langone Media Center New York, Dr. Marie Leger mengatakan bahwa tato dapat menimbulkan komplikasi kronis pada kulit pada level tinggi.

Dalam rilisnya, Dr. Marie menyatakan bahwa dengan semakin populernya tato, dokter, petugas kesehatan serta orang yang ingin memiliki tato harus menyadari resiko serius ini. Penelitian ini melakukan survey terhadap 300 orang dewasa yang memiliki tato di kota New York yang berusia 18 sampai dengan 69 tahun. Sebagian besar dari mereka memiliki tato tidak lebih dari 5 buah dan lengan adalah lokasi pembuatan tato paling populer (67 persen).

Sudah beresiko penyakit, eh.. salah tulis pula.
Menurut penelitian ini, lebih dari 6 persen dari orang yang bertato tersebut mengalami penyakit kulit akibat tato seperti ruam, infeksi serta gatal-gatal parah yang kadang berlangsung lebih dari empat bulan. Malah pada beberapa kasus, bertahan hingga bertahun-tahun.

Beberapa masalah kulit terkait memiliki tato dapat diobati dengan obat steroid anti-inflamasi, tapi yang lain kemungkinan besar memerlukan pengobatan dengan operasi laser.

Dr. Leger mengatakan, kebanyakan tinta tato yang digunakan di pasaran ternyata tidak mengikuti standar sehingga meningkatkan resiko penyakit.

Sampai saat ini belum diketahui pasti apakah penyebab penyakit kulit kronis tersebut karena penggunaan tinta atau karena bahan kimia lainnya, seperti pengawet dan pencerah warna yang ditambahkan pada tinta tersebut. Kemungkinan lainnya adalah karena rusaknya tinta karena dimakan waktu.

Studi ini dipublikasikan secara online pada 27 Mei 2015 di jurnal Contact Dermatitis. Ini menegaskan kembali betapa beresiko mempunyai tato. Penggunaan jarum tidak standar dan tidak steril juga dapat meningkatkan resiko penularan HIV. Apalagi bagi seorang muslim, mereka pasti paham hukum membuat rajah di tubuh adalah haram. Kini, kesadaran kita untuk hidup sehat dan patuh pada ajaran yang dianut sepertinya menjadi pilihan bijak.

Sumber :  news.health.com