23 Juni 2015

Awas, Teknologi Pengenal Wajah Diam-diam Melacak Anda

Teknologi pengenal wajah telah banyak digunakan secara luas oleh platform media sosial, pengiklan dan perusahaan teknologi. Tetapi banyak dari kita yang tidak mengetahui bahwa sebenarnya data biologis kita sedang dikumpulkan, dan digunakan tanpa memperhatikan hak privasi kita.

Lembaga advokasi termasuk American Civil Liberties Union, baru-baru ini mencoba berdialog dengan asosiasi dagang di Amerika yang membicarakan tentang pengaturan penggunaan teknologi ini, namun menemui jalan buntu. Bayangkan, dengan mengenali wajah Anda, perusahaan dapat mengidentifikasi siapa Anda dan untuk kemudian menjual produk yang sesuai dengan informasi profil Anda. Dan semua itu dilakukan tanpa persetujuan kita.


Yang menjadi masalah adalah privasi konsumen, Anda tanpa sadar 'dipasarkan' kepada para pengiklan atau dilacak oleh penegak hukum tanpa pernah secara eksplisit menyetujui penggunaan pengenal wajah diterapkan pada Anda.

Kekhawatiran atas teknologi tersebut baru-baru ini telah menghentikan peluncuran aplikasi baru dari Facebook; "Moments" di Eropa. Fitur ini diduga kuat rawan untuk diselewengkan guna kepentingan intelejen NSA dan PRISM. Sementara di Amerika, meski masih diperdebatkan, banyak perusahaan  yang menggunakan teknologi tersebut untuk keuntungan mereka. Sementara di Indonesia sepertinya hal ini sama sekali bukan menjadi masalah. Padahal, informasi data biologis sangat sensitif karena bisa disalahgunakan oleh pihak tertentu.

Kasus terbaru terjadi di Inggris pada awal 2015, dimana kepolisian Inggris mengunggah 18 juta foto penjahat berdasarkan teknologi pengenal wajah. Namun ternyata banyak orang-orang tak bersalah ikut masuk ke dalam database tersebut.

Banyak dari kita telah menggunakan teknologi ini tanpa sadar. Mungkin Anda sering menandai foto di Facebook dan secara otomatis FB akan mengenali wajah-wajah yang ada dalam foto dan langsung mengaitkannya dengan akun pemilik wajah tersebut. Teknologi ini juga terdapat di Google.

Walau tak tampak seperti masalah besar, kemampuan Facebook mengenali orang berdasarkan data yang mereka peroleh bisa berdampak lebih dari yang kita duga. Secara teori, restoran nantinya bisa tiba-tiba menawarkan minuman tertentu kepada Anda berdasarkan foto-foto online Anda yang menampilkan Anda sedang meminum minuman kesukaan. Atau, toko furnitur mungkin akan menawarkan sebuah meja tertentu karena Anda pernah membeli meja sebelumnya di tempat lain.

Hal ini telah terjadi selama bertahun-tahun. Namun dengan skala pemanfaatan teknologi pengenal wajah yang semakin meluas, perlindungan konsumen terhadap privasi mereka layak untuk diprioritaskan.

Sumber: huffingtonpost.com, bbc.com