25 Maret 2015

Kitab Suci dan Kunci Mobil

Seorang pemuda sedang mempersiapkan wisuda setelah lulus dari ujian sidang. Selama berbulan-bulan ia telah mengagumi sebuah mobil yang bagus di sebuah dealer mobil. Ia tahu ayahnya pasti mampu membelikannya. Lalu pemuda itu menyampaikan keinginannya pada Ayahnya.

”Ayah, belikan aku mobil sebagai hadiah kelulusanku. Mobil itu akan kupakai untuk menjalankan bisnis yang sudah aku rancang, Ayah.”

Ayahnya hanya tersenyum.

Hari Wisuda makin mendekat. Pemuda itu tak sabar menunggu waktu saat ia mendapatkan mobil baru dari Ayahnya. Akhirnya, sore hari setelah acara wisuda di kampus, ayahnya memanggil anaknya ke ruang bacanya. Sang Ayah berkata,

“Anakku, aku sangat bangga padamu. Kamu telah memenuhi harapan Ayah. Aku sangat mencintaimu, Nak.”

Lalu Sang Ayah menyerahkan sebuah kado dengan bungkus cantik yang diikat dengan pita merah .

Pemuda itu penasaran. Dibukanya pelan-pelan kotak hadiah itu sambil tersenyum. Namun, mendadak raut muka pemuda itu berubah. Raut muka sangat kecewa terlukis di wajahnya. Ternyata dalam kotak itu dia tidak menemukan kunci mobil seperti yang diidam-idamkannya. Dia hanya menemukan sebuah Kitab Suci indah dengan ”cover” yang sangat bagus. Dengan nada emosi yang tinggi, Pemuda itu lalu melontarkan kekesalannya pada Ayahnya.

”Ayah, dengan semua kekayaan yang Ayah miliki, Ayah hanya memberikan hadiah Kitab ini?” Lalu pemuda itu meletakkan Kitab Suci di meja dan berlalu meninggalkan kamar Ayahnya.

Lima tahun berlalu. Pemuda itu sangat berhasil dalam bisnisnya. Dia juga memiliki keluarga serta mobil dan rumah mewah. Tapi dia baru menyadari bahwa ayahnya sudah sangat tua. Dia sangat rindu bertemu ayahnya. Dia kemudian memutuskan untuk menemui ayahnya yang sudah lama ditinggalkannya sejak peristiwa pemberian hadiah pasca wisuda.

Tak lama berselang ada pesan singkat pesan yang dikirim oleh kerabatnya. Ia menerima sebuah pesan yang menceritakan ayahnya meninggal dunia. Ayahnya berpesan agar pemuda itulah yang mewarisi hartanya. Dia diminta mengurus pemakaman ayahnya segera.

Lemas lunglailah pemuda itu. Dengan rasa sedih dia meluncur menuju rumah yang dulu dia dibesarkan bersama keluarganya. Ketika ia tiba di rumah ayahnya, kesedihan dan penyesalan begitu menyelimuti hatinya..

Setelah pemakaman usai, ia mulai mencari surat-surat penting ayahnya. Saat membereskan surat-surat itu, ditemukanlah sebuah kitab suci baru persis seperti yang hadiah yang diberikan ayahnya setelah dia diwisuda dulu. Dengan mata berkaca-kaca, ia membuka kitab suci itu lembar demi lembar.

Terbayang dalam hidupnya, Ayahnya selalu rajin membaca kitab suci seperti ini. Dia saja yang malas memenuhi perintah ayahnya untuk relajar membaca dan merenungi isinya. Dia malah menolak dan sangat tersinggung saat ayahnya menghadiahi kitab suci di hari istimewanya. Mungkin ayahnya menginginkan dia untuk berpegang pada ajaran agama dalam menjalani hidup daripada berambisi mencapai kesuksesan materi.

“Duh, sungguh aku anak tak berbudi dan tak berterima kasih pada-Mu, ya Tuhan.!” Serunya dengan nada penyesalan yang dalam.

Saat dia mencoba membaca ayat demi ayat dalam Kitab Suci itu, sebuah kunci mobil jatuh dari bagian belakang halaman Kitab Suci itu. Ternyata kunci mobil itu dilekatkan di halaman belakang dengan selotip oleh ayahnya. Ia juga menemukan secarik kertas yang tertulis nama dealer, dealer yang sama dengan tempat ia menginginkan mobil saat lupus kuliah. Pada lembaran itu tercantum pula tanggal wisudanya dan tertera stempel LUNAS.

***
Sahabat, mungkin seringkali kita banyak melewatkan berkah atau karunia yang datang dari-Nya. Kita melewatkan karunia-Nya karena ia datang dengan tampilan yang tidak menyenangkan dalam pandangan kita. Karunia itu kita acuhkan karena terbungkus pada peristiwa yang tidak kita harapkan. Kita melewatkan sebuah anugrah besar dalam hidup karena kita tak mampu menangkap sinyal kasih sayang dari-Nya. Pandangan kita terhadap karunia-Nya seringkali berlawanan dengan pandangan kasih sayang-Nya.

Sahabat, saat DIA ingin memberi kasih sayang melalui ayat-ayat dalam kitab suci-Nya kita mungkin merasa enggan membukanya. Ketika DIA membelai kita dengan ujian-Nya, kita merasa kecewa pada-Nya. Kala kesuksesan kita tertunda kita menganggap permintaan kita ditolak oleh-Nya. Jika ambisi kita tak terpenuhi dengan sempurna kita merasa DIA sudah mengabaikan usaha dan doa kita.

Untuk sebuah urusan materi, terkadang kita bisa mengabaikan tuntunan dari-Nya. Untuk sebuah cita-cita dunia kita merasa ajaran kitab suci akan mengekang kita. Padahal dengan berpegang pada kitab-Nya, kita bisa meraih semua kemudahan. Melalui petunjuk-Nya kita akan meraih kesuksesan. Dibalik kemulian ajaran yang tertulis dalam kitab-Nya tersimpan inspirasi da motivasi hidup yang tak pernah lekang oleh waktu dan situasi.

Sahabat, seringkali karuania-Nya terbungkus oleh kesakitan, penderitaan, kegagalan atau musibah. Pada setiap peristiwa dan tanda-tanda kekuasan-Nya terdapat ayat-ayat kasih sayang dari-Nya.

Oleh : Achmad Siddik Thoha