22 Juli 2015

Lima Kecelakaan Paling Fatal Dalam Sejarah F1

Tipsiana.com - Setelah sembilan bulan mengalami koma akibat kecelakaan fatal di Sirkuit Suzuka Jepang pada 2014 lalu, Pebalap muda asal Perancis, Jules Bianchi akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya pada Jum'at 17 Juli 2015.

Pebalap yang disebut-sebut sebagai bakal pengganti Kimi Raikkonen itu menjadi sebuah kehilangan besar bagi tim Ferrari. Tidak itu saja, kematiannya juga menjadi sebuah kritik mahal bagi F1 untuk meninjau kembali prosedur keamanan para pebalap. Rekor 20 tahun tanpa kematian pebalap kini selesai. Jules Bianchi bernasib sama seperti Ayrton Senna sang legendaris balap yang harus mati oleh balapan jet darat ini.


Kematian Jules Bianci kembali mengingatkan publik betapa berbahayanya balapan Formula Satu. Meskipun bermandikan ketenaran dan kemewahan, resiko harus kehilangan nyawa juga membayangi para pebalap. Kecelakaan di sirkuit Suzuka telah menghidupkan kembali kenangan dari banyak kecelakaan fatal yang terjadi dalam sejarah Formula Satu.


Black Day di San Marino, 1994

Sang legendaris Ayrton Senna secara tragis harus kehilangan nyawanya pada Grand Prix San Marino pada 1994, setelah ia menabrakkan mobil William-nya ke dinding beton. Sesaat setelah kecelakaan, Senna mendapat perawatan intensif, namun ia mengalami cedera otak parah. Ia tak mungkin dapat diselamatkan dengan cara apapun. Kematian Senna adalah kematian kedua yang terjadi dalam dua hari beruntun. Sebelumnya pada sesi kualifikasi, Pebalap asal Austria, Roland Ratzenberger juga tewas setelah mengalami kecelakaan yang sama.

Kematian Ratzenberger terbilang tragis, tapi tewasnya Senna lebih mengejutkan. Banyak orang tak mengerti bagaimana sang juara dunia tiga kali asal Brasil ini bisa kehilangan kendali pada mobilnya dan menghantam dinding beton pembatas dengan kecepatan penuh.

"Dia tampak tenang. Aku membuka kelopak matanya dan dari pupil matanya terlihat jelas kalau ia mengalami cedera otak parah. Kami mengeluarkan dia dari kokpit dan membaringkannya di tanah. Begitu kami baringkan, ia menghela nafas, meskipun saya bukan orang relijius, saya merasa rohnya pergi pada momen itu" kata ahli bedah syaraf Sid Watkins, dokter tim yang menolong saat kecelakaan terjadi.

Meskipun perlombaan tetap dilanjutkan dan akhirnya dimenangkan oleh Michael Schumacher, kematian Senna menjadi momen kelam bagi F1, sampai akhirnya mendorong perombakan besar-besaran pada prosedur keamanan dan keselamatan balapan di tahun-tahun berikutnya.

Pembantaian di Monza, 1978

Sebelum kecelakaan Senna, F1 juga harus kehilangan salah satu pebalap paling berbakat akibat kecelakaan berantai di tahun 1978 pada GP Italia di Monza. Ronnie Peterson, pebalap Swedia berbakat, terjebak dalam tabrakan beruntun yang melibatkan 8 mobil. Mobilnya terbakar dan ia terpanggang dalam mobil balap Lotusnya dan mengalami luka bakar parah serta cedera kaki. Ia harus menyerah setelah gagal ginjal dan dinyatakan meninggal pada hari berikutnya.

Pebalap lain cukup beruntung, Vittoria Brambilla, berhasil selamat dan keluar dari reruntuhan meskipun kepalanya terhantam roda liar saat kecelakaan terjadi. Peterson telah memenangi sepuluh balapan sepanjang karirnya di F1 dan banyak orang yakin karirnya akan terus menanjak andaikata kecelakaan fatal tersebut tak terjadi.

Tragedi Belgia, 1982

Kecelakaan ini mungkin adalah yang paling dramatis dari semua kecelakaan yang terjadi di F1. Pebalap Kanada, Gilles Villeneuve, yang bertarung dalam sesi kualifikasi dengan Jochen Massa di Zolden, bertabrakan dengan sangat keras. Ferrarinya terbang ke udara dan ia terlontar keluar hingga jarak 50 meter.

Kecelakaan ini akibat dari salah paham dua pebalap, yang membelok kearah yang sama pada waktu berbarengan di tikungan. Ferrari Villeneuve menabrak bagian belakang mobil Massa dan membuat mobilnya terpental. Villeneuve mengalami cedera leher serius dan harus dibantu alat pendukung kehidupan. Sayangnya, ia dinyatakan meninggal malam harinya.

Walau tak pernah memenangi lomba dalam lima tahun karirnya di F1, Villeneuve tetap menjadi salah satu pebalap yang paling dihormati dalam sejarah F1.

Kematian Pebalap dan Penonton di Monza, 1961

Grand Prix Italia di Monza pada 1961 menoreh sejarah kelam. Kecelakaan sangat fatal telah merenggut nyawa pebalap Wolfgang Von Trips beserta 15 nyawa penonton lainnya yang dihantam mobilnya.

Pebalap asal Jerman ini bertabrakan dengan pebalap tim Lotus, Jim Clark pada tikungan tajam. Ferrarinya terbang dan berputar hebat ke pembatas jalan dan menghantam para penonton yang sedang berkerumun, 15 nyawa penonton melayang seketika. Von Trips sendiri terpental jauh dan meninggal ditempat.


Meskipun bencana balapan ini tak sebanding dengan tragedi 'Le Mans' yang membunuh 82 orang pada 1955, jumlah kematian yang diakibatkan dalam insiden tersebut menempatkannya sebagai salah salah satu kecelakaan terburuk yang terjadi di ajang Formula Satu.

Bencana di Tikungan Crowthorne, 1977

Kecelakaan ini adalah yang paling disayangkan dalam sejarah F1. Kecelakaan bermula saat Renzo Zorzi mengalami kerusakan mobil hingga ia harus keluar dari pertandingan. Mobilnya mengeluarkan api dan terbakar. Dua Petugas yang membawa alat pemadam kebakaran dengan cepat cepat datang membantu.

Namun karena kurang berhati-hati, salah satu petugas, yang bernama Frederik Jansen Van Vuuren, tertabrak Tom Pryce dan meninggal ditempat. Tom Pryce tidak melihat Frederik menyeberang karena terhalang oleh mobil Hans-Joachim Stuck yang berada di depannya. Ia pun terhantam oleh alat pemadam kebakaran yang dibawa Frederik dan langsung membuatnya meninggal. Mobilnya terus melaju dan menabrak mobil Jacques Laffite, membuat keduanya terlempar ke dinding pembatas.

Kecelakaan Formula Satu adalah peristiwa sangat berbahaya. Para pebalap menapaki garis tipis antara hidup dan mati. Semoga Jules Bianchi adalah korban terakhir dari lomba jet darat ini.