Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi. Tampilkan semua postingan

13 September 2022

Sering Dikira Migrain, Ketahui Gejala Stroke Ringan

Tipsiana.com - Serangan iskemik transien (TIA) atau yang dikenal sebagai stroke ringan adalah gangguan singkat aliran darah ke bagian otak, sumsum tulang belakang atau retina, yang dapat menyebabkan gejala seperti stroke sementara, tetapi tidak merusak sel-sel otak atau menyebabkan cacat permanen.

Gejala stroke ringan ini sering disalahartikan orang sebagai migrain. Karena bisa muncul sakit kepala yang datangnya sangat tiba-tiba dan seringkali sembuh dalam waktu singkat.



Meski tampak tak berbahaya, stroke ringan seringkali merupakan tanda peringatan dini, bahwa seseorang berisiko terkena stroke.

Sekitar 1 dari 3 orang yang mengalami stroke ringan akan mengalami stroke berikutnya. Bahkan, risiko stroke sangat tinggi bisa terjadi dalam waktu 48 jam setelah TIA.

Jika tidak ada serangan stroke susulan, stroke ringan bisa menjadi kesempatan untuk melakukan pencegahan.

Gejala stroke ringan

Serangan stroke ringan biasanya berlangsung beberapa menit. Sebagian besar tanda dan gejala menghilang dalam waktu satu jam, meskipun ada juga gejala yang bertahan hingga 24 jam.

Tanda dan gejala stroke ringan mirip dengan yang ditemukan pada awal stroke dan mungkin termasuk serangan mendadak, seperti:

- Kelemahan, mati rasa atau kelumpuhan di wajah, lengan atau kaki, biasanya di satu sisi tubuh

- Bicara cadel atau kesulitan memahami orang lain

- Kebutaan pada satu atau kedua mata atau penglihatan ganda

- Vertigo atau kehilangan keseimbangan atau koordinasi

Bisa jadi Anda mengalami lebih dari satu gejala stroke ringan. Selain itu, gejala stroke ringan yang muncul pada tiap orang bisa berbeda, tergantung pada area otak mana yang terlibat.

Penyebab stroke ringan

Stroke ringan pada dasarnya memiliki penyebab yang sama dengan stroke iskemik, jenis stroke yang paling umum.

Pada stroke iskemik, sumbatan menghalangi suplai darah ke bagian otak. Namun dalam stroke ringan, penyumbatannya terjadi dalam waktu singkat dan tidak ada kerusakan permanen.

Penyebab utama stroke ringan seringkali adalah penumpukan timbunan lemak yang mengandung kolesterol, yang disebut plak (aterosklerosis) di arteri atau salah satu cabangnya yang memasok oksigen dan nutrisi ke otak.

Plak dapat mengurangi aliran darah melalui arteri atau menyebabkan perkembangan gumpalan.

Selain itu, pembekuan darah yang bergerak ke arteri yang memasok otak dari bagian lain tubuh, paling sering dari jantung, juga dapat menyebabkan stroke ringan.

Pengobatan stroke ringan

Karena tanda dan gejala langsung stroke ringan dan stroke identik, penting untuk segera mencari perhatian medis.

Dokter kemungkinan akan melakukan berbagai tes diagnostik, seperti pemindaian magnetic resonance imaging (MRI) atau pemindaian computerized tomography (CT), untuk membantu menentukan apa yang menyebabkan stroke ringan.

Anda mungkin juga memerlukan tes seperti pemantauan irama jantung, magnetic resonance angiography (MRA) atau CT angiography (CTA) untuk mencari kemungkinan penyebab yang berhubungan dengan jantung atau pembuluh darah.

Tergantung pada penyebab yang mendasarinya, dokter kemungkinan akan memberikan obat untuk mencegah pembekuan darah atau menghilangkan timbunan lemak (plak) dari arteri yang memasok darah ke otak Anda (endarterektomi karotis).

Sumber: kompas.com

6 September 2022

Enam Penderitaan Orang Sukses yang Tak Banyak Orang Tahu

Tipsiana.com - Setiap orang di dunia ini pasti menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Akan tetapi, yang harus kamu ketahui adalah untuk mencapai kesuksesan tersebut tidaklah didapatkan dengan hal yang mudah.

Untuk mencapai kesuksesan para orang sukses harus merasa sakit dahulu dari pengorbanan yang mereka lakukan. Berikut ini beberapa rasa sakit yang dirasakan oleh para orang sukses ketika sedang berusaha mencapai tujuannya.



1. Menahan pedihnya disiplin

Salah satu kunci dari kesuksesan adalah memiliki sikap disiplin dalam kegiatan sehari-hari kita. Kita harus tetap disiplin melakukan pekerjaan kita walaupun mood diri kita tidak mendukung untuk melakukan pekerjaan tersebut.

Jika kamu ingin menjadi orang sukses maka kamu harus bisa menahan pedihnya disiplin, walaupun dirimu sedang tidak berada dalam mood terbaik untuk melakukan pekerjaan.

2. Tetap bekerja meskipun tidak ada yang mensupport

Orang-orang yang sukses mereka akan terus bekerja walaupun tidak ada seorangpun yang mensupportnya. Mungkin bagi sebagian orang mereka sangat membutuhkan bantuan berupa support dan semangat dari orang lain.

Akan tetapi, bagi orang-orang sukses mereka akan terus bekerja walaupun tidak ada yang mensupport, hal itu biasanya terjadi karena ketika kita mulai serius untuk mencapai tujuan kita maka circle pertemanan kita akan semakin mengecil.

3. Membiasakan diri untuk selalu berpikir positif

Bagi orang yang ingin mencapai kesuksesan tentunya mereka akan dituntut untuk selalu berpikir positif, walaupun pada kondisi sebenarnya keadaan mereka sedang tidak baik-baik saja. Pikiran yang positif juga dapat memberikan efek positif juga pada diri kita ketika kita bekerja untuk mencapai kesuksesan.

4. Selalu memikirkan target dan impian

Orang-orang yang benar-benar serius ingin mencapai kesuksesan mereka akan selalu menyimpan target dan impiannya dalam pikiran mereka. Mereka akan mengesampingkan hal-hal lain dari dalam pikirannya. Mereka juga akan sangat kesulitan untuk menghilangkan target dan impian mereka dari dalam pikiran mereka.

5. Akan merasa sendirian

Orang-orang yang sedang berusaha mencapai kesuksesan mereka akan mulai merasa sendirian. Hal itu terjadi karena perbedaan pendapat dan pikiran diri mereka dengan orang-orang di sekitarnya.

Ketika seseorang ingin mencapai kesuksesan biasanya cirlce pertemanan mereka akan semakin mengecil karena mereka hanya akan mencari teman yang berkualitas dan dapat membantu mereka menuju kesuksesan.

6. Mengurangi waktu untuk bersenang-senang

Orang-orang yang fokus ingin mencapai kesuksesan mereka akan berusaha mengurangi waktunya untuk bersenang-senang. Mereka akan fokus untuk bekerja demi memenuhi impiannya. Bahkan, tidak jarang orang-orang yang ingin mencapai kesuksean juga harus mengurangi jam tidur mereka.

Nah, itulah beberapa pengorbanan dan rasa sakit yang harus dialami oleh orang-orang yang ingin mencapai kesuksesan. Semoga setelah membaca informasi ini kamu dapat bertahan menghadapi beberapa rasa sakit dan pengorbanan tersebut.

Sumber: suara.com

5 September 2022

Lakukan Hal ini agar Tidak Menyesal di Hari Tua Nanti

Tipsiana.com - Tentunya setiap orang pasti memiliki impian untuk hidup damai dan bahagia di hari tua. Apa yang akan kita rasakan di hari tua nanti tergantung dengan apa yang telah kita kerjakan selama di masa muda. Jika selama masa muda kita hanya bermalas-malasan, maka jangan harap kamu dapat menikmati hidupmu di usia tua.

Akan tetapi, jika kamu dapat bekerja keras ketika kamu berada di usia muda, maka kamu akan dapat menikmati hasil dari kerja keras tersebut di usia tua nanti. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus kamu lakukan di usia muda agar kamu tidak menyesal di usia tua nanti.



1. Memiliki Tabungan sendiri

Kondisi keuangan yang kita miliki hari ini masih belum tentu dapat menjamin kondisi keuangan kita di usia tua nanti. Oleh karena itu, sangat penting bagimu untuk mulai menabung dari usia muda.

Kamu harus bisa menyisihkan sebagian uang yang kamu dapatkan untuk kamu tabung. Karena tabungan tersebut akan sangat berguna ketika kamu membutuhkannya untuk keperluan yang mendadak.

2. Fokus satu hal yang dapat kamu lakukan seumur hidup

Sebenarnya tidak masalah jika kamu memiliki banyak keahlian atau multitalent, akan tetapi alangkah lebih baiknya kamu dapat berfokus kepada satu hal yang sekiranya dapat kamu lakukan sampai usia tua nanti.

Karena ketika usia tua nanti tenagamu tidak sebanya saat usia muda dan kamu tidak akan dapat mengerjakan banyak hal dengan baik.

3. Kembangkan relasi

Kita tahu bahwa menjalin relasi atau hubungan merupakan hal yang sangat penting. Menjalin relasi di sini bukanlah menjalin relasi secara sembarangan, melainkan kita membangun relasi kepada banyak orang yang dapat memberikan manfaat pada kehidupan kita di usia tua nanti.

4. Segera mewujudkan mimpimu

Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang mengetahui apa yang terjadi di masa depan. Oleh karena itu, segeralah mengejar mimpimu agar kamu tidak menyesal di kemudian hari.

Jangan membuang waktu mudamu untuk banyak bersantai dan bermalas-malasan. Manfaatkanlah masa mudamu untuk belajar dan bekerja keras.

5. Tidak terlalu memikirkan pendapat orang lain

Ketika kamu masih muda sebaiknya jangan terlalu memikirkan pendapat orang lain. Sesekali tidak masalah kamu menerima saran dan kritik dari orang lain.

Akan tetapi, kamu juga harus memiliki pendirian terhadap pendapat dan prinsip hidup yang kamu miliki. Jangan sampai kamu menyesal karena selalu mengikuti pendapat dari orang lain tanpa memikirkan dirimu sendiri.

Nah, itulah beberapa hal yang harus kamu lakukan agar kamu tidak menyesal ketika di hari tua nanti. Selagi masih muda maka manfaatkanlah waktumu sebaik mungkin untuk ha-hal yang bermanfaat. Smeoga setelah membaca informasi ini kamu dapat  memanfaatkan waktumu dengan sebaik-baiknya.

Sumber: suara.com

9 Agustus 2019

Siapa Perampok Nilai Rupiah Saya?

Tipsiana.com - Alih-alih menjadi sejahtera, daya beli rakyat Indonesia secara riil sebenarnya terus merosot. Negara kita tahun ini akan genap 74 tahun merdeka, namun kemakmuran tampaknya belum beranjak mendekat ke rakyatnya. Kita bahkan secara riil sebenarnya lebih miskin dibandingkan sebelum merdeka!

Saya yakin, karena dalam pernyataan itu ada kosa kata “kita”, akan ada pihak yang keberatan – misal, karena merasa “Saya lebih kaya, tuh.” Baiklah. Karena itu, pernyataan tersebut hanya berlaku untuk saya, dan kalimatnya saya ubah menjadi: Alih-alih menjadi sejahtera, daya beli saya secara riil terus merosot. Secara relatif, saya semakin miskin. Jika negara ini tahun ini genap 67 tahun merdeka, namun tingkat kemakmuran saya tidak bergerak ke arah yang lebih baik, bahkan secara riil sebenarnya saya lebih miskin, boleh dong saya curiga: pasti ada sesuatu yang demikian serius salahnya dengan (di) negara-bangsa ini!


Kemerosotan daya beli saya tersebut saya ketahui melalui indikator nilai tukar rupiah dibandingkan Dinar emas. Saya membandingkan rupiah dengan Dinar emas, misalnya, semata karena fokus edisi ini kebetulan bertema uang kertas (rupiah, misalnya) versus uang intrinsik dari emas (contohnya Dinar emas). Kalau curiga saya sedang punya agenda tertentu, baiklah, saya juga akan membuat perbandingan rupiah dengan mata uang lain: dolar AS, misalnya.

Jika saya membandingkan nilai tukar antara rupiah dan Dinar emas, hari ini saya sekitar 256.000 kali lebih miskin! Sebesar inilah kemerosotan nilai riil uang rupiah saya terhadap Dinar emas. Yang naik nilai tukarnya sebenarnya bukan Dinar emas. Nilai tukar atau kurs rupiah saya-lah yang menurun.

Ya, kemakmuran rupanya belum beranjak menghampiri saya. Mengapa saya secara riil lebih miskin? Apa gerangan yang terjadi pada uang kertas rupiah saya selama ini? Wah, jangan-jangan karena rupiah saya berbentuk uang kertas? Saya yakin, inilah yang sebenarnya terjadi dengan uang rupiah saya: karena ia berbentuk kertas yang tidak ada nilai instrinsiknya.

Kurs Dinar-Rupiah

Setahun setelah Indonesia merdeka (1946), 1 koin Dinar emas nilai tukarnya terhadap rupiah sebesar Rp 8,5. Pada 1966, saat saya masih kanak-kanak, kurs Dinar emas nilainya Rp 850. Ini artinya nilai riil rupiah saya turun 100 kali. Saya persingkat saja. Pada 30 Oktober 2007, untuk pertama kalinya nilai tukar Dinar emas terhadap rupiah menembus angka Rp 1.000.000. Ini harga Dinar emas yang jauh di atas prediksi semua orang. Pada Mei 2010, 1 keping Dinar emas nilainya sekitar Rp 1.500.000, dan pada awal Agustus 2011 menembus angka Rp 2.000.000. Pada 11 November 2011, kurs Dinar emas sekitar Rp 2.270.000. Pada 9 Mei 2011 sebesar Rp 2.160.000, dan angka ini relatif stabil setelah itu sampai tulisan ini saya susun (simak Tabel).

Tabel Nilai Tukar Dinar Emas terhadap Rupiah, 1946-2016

Kenaikan kurs Dinar emas berhubungan dengan tren kenaikan harga emas. Emas memang instrumen investasi penangkal inflasi. Semakin tinggi laju inflasi biasanya semakin baik kenaikan harga emas. Dalam 10 tahun terakhir, apresiasi Dinar emas terhadap rupiah mencapai 20-25% per tahun. Kenaikan kurs Dinar emas berhubungan dengan tren kenaikan harga emas. Ya, emas memang instrumen investasi penangkal inflasi. Semakin tinggi inflasi biasanya semakin baik kenaikan harga emas. Karena harga emas cenderung naik, orang-orang berpunya sering menjadikan emas sebagai safe heaven. Dalam keadaan normal pun, emas menjadi alat investasi, tabungan yang memberikan perlindungan nilai terbaik terhadap harta.

Perbandingan kurs rupiah dengan Dinar emas yang saya sampaikan sebelumnya barangkali masih rumit untuk menggambarkan betapa pemiskinan yang saya alami secara relatif terjadi melalui uang kertas rupiah saya. Semoga dengan contoh dalam uraian berikut ini saya berhasil menyederhanakannya.


Sebelum krisis moneter (Krismon) 1997, dengan uang Rp 100.000, jika saya membeli telur ayam ras, saya akan beroleh 50 kg, karena saat itu harga telur ayam ras sekilonya Rp 2.000. Tapi beberapa bulan sesudah Krismon, dengan uang itu, saya hanya mendapatkan 13,33 kg, karena harga telur ayam ras naik menjadi Rp 7.500/kg. Dan pada November 2011 saya cuma dapat 6,25 kg telur ayam ras, karena harga telur ayam ras naik menjadi Rp 16.000 sekilo. Saat tulisan ini disusun, dengan uang Rp 100.000, saya tidak akan memperoleh telur ayam ras sebanyak yang saya dapatkan 5 bulan silam.

Daya beli saya juga cenderung melorot jika saya membandingkan rupiah dengan dolar AS yang sama-sama uang kertas. Ketika harga telur ayam ras naik dari Rp 2.000 sebelum Krismon 1997 menjadi Rp 7.500 per kg saat Krismon terjadi, saat itu kurs 1 dolar AS sama dengan Rp 9.000, naik dari Rp 2.000 per 1 dolar AS. Nilai rupiah saya kembali merosot lebih dari 50% ketika harga telur ayam ras naik menjadi Rp 16.000 per kg. Padahal dolar AS masih pada kurs sekitar Rp 9.000/dolar AS. Tidak ada Krismon pun, rupiah saya tetap saja loyo. Dibandingkan dengan sebelum Krismon 1997 dengan hari ini, kurs rupiah di dompet saya nilainya merosot lebih dari 70%. Daftar kemerosotan nilai rupiah dapat saya perpanjang jika saya menggunakan perbandingan dengan memakai barang apa saja. Saya juga mendapatkan kondisi yang sama: daya beli uang kertas rupiah saya terus merosot!

Siapa Perampok Rupiah Saya?

Saya, mungkin juga Anda, sering menyimak pejabat statistik dan lembaga penjaga kebijakan moneter di negeri ini melalui televisi bilang bahwa kenaikan harga barang-barang-lah yang menyebabkan inflasi. Tapi saya tidak percaya. Sebagian ekonom akhirnya memang berterus terang dan menunjuk inflasi-lah biang kerok merosotnya kurs rupiah.

Menurut saya, mereka semua tetap tidak akan bersedia jujur mengatakan yang terjadi sebenarnya dan pangkal persoalannya, bahwa kalau secara relatif saya semakin miskin, penyebabnya ada pada sistem uang kertas – karena rupiah saya bentuknya kertas. Saya yakin mereka pun tidak akan berani menunjukkan kepada saya jika saya bertanya: siapa yang mengambil uang saya, dan bagaimana caranya? Saya yakin ada yang merampok nilai uang saya. Sungguh, perampokan ini sangat halus caranya dan tidak terlihat. Rupiah saya diambil bukanlah melalui fisik kertasnya. Tapi melalui sistem ekonomi ganjil yang berlaku saat ini.

Ilustrasi mengenai perubahan harga telur ayam ras tadi juga menggambarkan betapa uang kertas rupiah saya bukanlah alat takar yang tetap dan pasti. Apalagi jika saya menghubungkannya dengan mata uang lain. Alat takar berat, yakni kilogram misalnya, tetap dan pasti di mana pun. Di pasar becek maupun di laboratorium yang steril.

Yakni 1 kg sama dengan 1.000 gram. Seperti juga 1 liter sama dengan 1.000 mililiter, 1 meter sama dengan 100 sentimeter, atau 1 kilometer sama dengan 1.000 meter. Demikian seharusnya sebuah mata uang, termasuk semestinya juga uang kertas rupiah saya. Namun uang kertas saya ternyata tidak memiliki takaran yang pasti, karena nilainya, menurut saya, hanya fantasi atau ilusi.

Hanya fantasi atau ilusi karena melalui perbedaan “nilai” antar-uang kertas, yang sering disebut kurs, selembar kertas berwarna hijau muda bertuliskan dolar AS denominasi 1 sama nilainya dengan Rp 13.000 saat ini hanya karena nama, gambar, warna dan angkanya berbeda. Yang satu bernama rupiah dan yang lain dolar Amerika Serikat. Akibatnya, uang kertas sama sekali tidak bisa menjadi patokan harga dan nilai sesuatu, yang tiba-tiba berubah hanya karena dinilai dengan uang kertas yang lain.

Judul asli: Pemisikinan melalui uang kertas?
Penulis : Budhi W. Soekardjo
Sumber :  https://pengusahamuslim.com/5393-pemiskinan-melalui-uang-kertas.html

10 Oktober 2018

Haru, Kesaksian Korban Gempa Palu Terhadap Anggota FPI

Tipsiana.com - Malam itu anak kami yang baru berusia 14 bulan terus menangis,, Karena sudah hampir 2 hari belum makan atau minum susu sama sekali. Hanya asi dari ibunya dan itu pun Sudah tak keluar lagi karena ibunya juga sudah hampir 2 hari tak makan apapun.

Kondisi anak kami benar benar sudah lemah,, Badan nya panas,, Pun istri kami yang ikut menangis melihat kondisi anak semata wayang kami yang terus menerus menangis tanpa suara. Kami tak bisa berbuat apa apa karena kondisi dan logistik yang susah didapatkan.


Waktu itu sekitar pukul 21.30 ada 4 orang berseragam putih-putih lewat didepan tenda kami, Mungkin karena mendengar tangisan anak kami mereka menghampiri kami. Mereka bertanya tentang kondisi kami sambil mengamati keadaan sekitar kami,, Terutama kalung salib yang tergantung dileher anak kami.

Ketika salah seorang dari mereka mengambil hp dan menyenteri keadaan sekeliling kami,, Jantung ini seakan berhenti berdenyut,, Inilah laskar FPI yang selalu kami musuhi,, Apa yang akan mereka lakukan pada kami !!??

Seribu pikiran ketakutan melayang layang dibenak kami. Ketakutan kami semakin menjadi jadi ketika 2 orang dari mereka pamit mau ke kamp mereka sebentar. Hanya tinggal 2 orang yang masih berjaga jaga disekitar kami.


Tak lama kemudian datanglah 2 orang yang tadi bersama teman temannya sekitar 13 orang sambil memanggul barang. Mereka menghampiri kami lalu menyerahkan bahan makanan yang lumayan banyak termasuk susu buat anak kami dan beberapa roti dan air mineral. Dan membagikan kepada tetangga yang dekat dengan kami.

Dada kami sesak tak bisa berkata apa-apa. Salah satu dari mereka mengambil gelas dan menuangkan sedikit susu dan memberikannya kepada istri kami untuk segera meminumkannya kepada anak kami.
Dalam remang kulihat air mata jatuh darimata salah satu orang tersebut ketika melihat anak kami yang seperti kesurupan meminum susu tadi.

Kami bertanya apa sebabnya ia menangis melihat anak kami minum susu. Apa jawabannya !!??
Ia berkata; Alangkah dzalim nya saya ketika melihat sesama mahluk tuhan menderita,, Tetapi kami tak kuasa berbuat apa apa.

Perhatian saya tertuju pada kata kata mahluk "tuhan". Kenapa bukan sebutan yang sering digunakan pada mereka yang mengaku paling toleran ??

Pelajaran berharga bagaiman kami jadi tau mana hitam mana putih,, Mana yang benar-benar tulus menolong sesama meskipun beda keyakinan.

Puji Tuhan !!!
Saya menyesal dulu saya gencar meminta untuk membubarkan ormas tersebut.
Buat saudara ku yang ingin agar ormas tersebut dibubarkan,, Satu pertanyaan ku mampu kah kalian meninggalkan anak,, Istri,, Keluarga dan semua kesenangan kalian hanya untuk menolong orang orang yang tidak bisa membalas kebaikan kalian ini !!??
Puji Tuhan !!

Oleh; Martinus Rivano,, Palu.
Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=155713782045574&set=a.123892435227709

16 September 2018

Kisah Prabowo: Tolak Uang Saku dari Australia, Kami Bukan Tentara Bayaran!

Tipsiana.com - Prabowo muda, sudah terkenal dengan visinya dalam memahami nasionalisme dan patriotik. Baik itu sebelum bergabung dengan TNI maupun sebelumnya. Sebelum menjadi seorang kadet atau taruna, Prabowo bersama Soe Hok Gie keluar masuk desa untuk memberikan bantuan dan pengobatan. Dan ketika menjadi kadet atau taruna, Prabowo menunjukkan sikapnya dalam bentuk lain.

Menurut kesaksian Made Mangku Pastika, dirinya melihat kesan patriotik dalam diri Prabowo Subianto begitu kuat bahkan dengan tegas Prabowo menolak uang saku dari Pemerintah Australia saat mengikuti pertukaran kadet atau taruna pada 1974.


Made Mangku Pastika sangat terkejut dan kaget menyaksikan hal tersebut karena bagi prajurit menyimpan uang saku agar ada yang bisa membawa oleh-oleh ke keluarga adalah kebanggaan tersendiri selain tradisi orang indonesia.

Pada saat Made Mangku Pastika mempertanyakan alasannya ke Prabowo "Kenapa mas tidak mau terima" dan Prabowo menjawab tegas "Kita bukan tentara bayaran,". Tentu saja jawaban tersebut diluar dugaannya.

Pastika menuturkan pengalaman itu karena dirinya satu angkatan. ''Kalau Prabowo Subianto di Akademi Militer, Kalau saya Akademi Polisi," katanya.

Kemudian pada antara Januari-Februari 1974, dirinya bersama sebanyak 15 taruna termasuk Prabowo Subianto ke Australia untuk mengikuti pertukaran kadet.


"Kami latihan enam minggu, baru dua minggu dikasih uang saku sama dengan taruna Australia," katanya. "Apa yang terjadi, Prabowo menolak uang saku."

Tentunya rekan-rekannya yang lain heran. "Kami perlu duit saat itu," sambungnya. "Kenapa Mas tidak mau diterima, jawabannya kita bukan tentara bayaran," tandasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa Prabowo Subianto itu merupakan kutu buku. Banyak sekali bacaannya. "Jaringannya (networking) hebat, komunikasi 4 bahasa," katanya.

Menanggapi pernyataan Pastika itu, Prabowo membenarkan dirinya saat menjadi taruna, tempat tidurnya bersebelahan.

"Jadi beliau itu, terlalu banyak tahu soal saya. Saya tidak berkutik," katanya sambil tersenyum.

Prabowo Muda demikian keras terhadap diri sendirinya untuk menjaga marwah prajurit TNI dan kehormatan negaranya. Makanya tidak heran jika hingga kini-pun Prabowo terus berkarya dan melakukan daya upaya demi kehormatan bangsanya. Berbagai prestasi dia ukir dari mulai pencak silat menjadi mendunia, olahraga polo Indonesia juara, mendorong pencapaian puncak everest, menjadi bapak asuh ribuan anak muda papua dan masih banyak lagi deretan prestasi yang selama ini luput dari pemberitaan media.

1 September 2018

Pencak Silat Memeluk Semua yang Mencintainya

Tipsiana.com -  Mungkin belum banyak yang tahu bahwa Wewey Wita, peraih medali emas ke-30 bagi kontingen Indonesia pada Asian Games 2018, adalah pesilat putri keturunan Tionghoa dari keluarga yang kurang mampu.

Berikut kisah yang ditulisnya sendiri tentang bagaimana Wewey sampai 'tersesat' ke olahraga pencak silat dan kisah kepahitan hidup keluarganya.

Segala hal tentang hidupku serupa paradoks.

Aku seorang perempuan. Aku berdarah Tionghoa dan papaku warga negara Singapura. Aku bertarung untuk Indonesia.

Ada sebuah streotipe di negara ini bahwa orang-orang Tionghoa pasti mapan dan berada. Tentu saja itu omong kosong. Percayalah, jika situasi ekonomi setiap keluarga ibarat garis start bagi anak-anak yang terlahir darinya, aku mulai jauh, jauh, dari belakang.


Pada mulanya keluarga kami berkecukupan. Namun, suatu ketika Papa, yang berbisnis kayu, ditipu rekannya sendiri. Hidup seketika jadi bak abu di atas tanggul. Segalanya goyah, lalu ambruk. Bank menyita rumah, mobil, dan harta lainnya. Hidup di kota semakin menekan. Kemiskinan mendesak kami ke tepi.

Papa memboyong seluruh keluarganya ke kampung halaman Mama di Ciamis. Tinggal di kota kecil tak serta merta membuat hidup kami membaik. Papa enggan menumpang di rumah nenek karena ia enggan jadi beban. Ia ingin mandiri walau sulit.

Kami tinggal di rumah kontrakan yang sempit. Papa dan Mama mencoba bangkit berkali-kali, mulai dari berjualan bakso hingga barang-barang kelontong. Kami berdiri, jatuh, berdiri lagi, jatuh lagi.

Utang membengkak. Kami bahkan tak sanggup menanggung biaya keperluan sehari-hari seperti beras, minyak, gula dan lain-lain. Suatu kali listrik rumah kami diputus karena pembayaran terlalu lama ditunggak. Bermalam-malam gelap gulita. Untuk mengecas ponsel Papa, satu-satunya alat komunikasi kami, aku terpaksa menumpang di rumah tetangga.

“Memang listrik punya nenek moyang lu?”

Bentakan itu akan selalu tergiang dalam kepalaku.

Papa bernama asli Yeo Meng Tong. Ketika ia masih berduit, orang-orang memanggilnya Mr. Tong dengan lagak manis. Begitu kami kere, orang enteng saja menyapanya Atong. Terkadang malah Otong. Itu membuatku jengkel. Kau tahulah, itu nama yang sering diberikan laki-laki buat alat kelaminnya sendiri.

Bagaimana pun, aku selalu merasa beruntung memiliki Papa yang tangguh dan penyabar. Dia tak pernah menyuruh istri atau anak-anaknya bekerja buat meringankan bebannya. Bahkan hal-hal sepele seperti menyapu, mengepel, atau mencuci piring, sering ia lakukan sendiri.

Aku pernah memergokinya berkata, dengan mesra, kepada Mama: “Biar Papa saja.” Papa adalah pemimpin keluarga kami, dan ia mengerti bahwa pemimpin sejatinya ialah pelayan.

Papa tak banyak bicara. Dia selalu memberi contoh dengan tindakan. Sifat konsekuen papa mulai kutiru sejak aku kecil. Sedari dulu aku sudah menyadari aku harus punya andil dalam keluarga ini.

Sejak kecil aku terbiasa bergaul dengan laki-laki. Aku jago bermain kartu dan gundu. Jika menang, gundu dan kartu mereka yang kumenangkan bisa kujual kembali. Uangnya kuserahkan ke Mama.

Itu bukan satu-satunya trik yang kupunya buat mencari uang. Bukan, bukan beternak tuyul. Dulu, ada snack berharga Rp500 yang kadang berisi hadiah uang Rp.5,000. Di warung langgananku, satu demi satu bungkus snack itu kukocok, kutimbang, kudengarkan bunyinya. Kalau cocok, aku ambil. Jika tidak, dengan polosnya aku akan berlalu meninggalkan penjaga warung yang cemberut karena barang dagangannya aku acak-acak. Konyol, jelas. Naif, mungkin. Tapi kisah itu benar belaka.


Saat aku lahir, Papa menamaiku Yeo Chuwey. Dalam bahasa Indonesia, artinya cukup keren: nomor satu yang paling bersinar. Sayang, kegaduhan politik di Indonesia waktu itu membuat Papa berpikir nama Tionghoa hanya akan membuat hidupku makin sulit. Maka, di akta kelahiranku tertera nama utama yang “lebih Indonesia”: Wewey Wita.

Sampai di sini, setelah mengetahui latar belakang keluargaku, kau mungkin mengira aku seorang atlet badminton, wushu, kungfu, basket, bridge, atau olahraga-olahraga yang telanjur lekat dengan etnis Tionghoa. Salah, aku adalah seorang pesilat.

Pencak silat cenderung lebih dekat dengan identitas keindonesiaan yang dibatasi pada satu entitas yakni etnis Melayu. Berkulit coklat, bukan kuning. Tentu pencak silat sendiri tak melahirkan sekat-sekat itu. Pembatasan, kukira, hanya ada dalam kepala kita. Pencak silat, seperti Indonesia, memeluk siapa saja yang mencintainya, termasuk aku.

Aku sendiri tak menyangka silat bisa jadi bagian dari hidupku. Memang semasa kecil aku biasa bermain dengan anak lelaki dan ikut beragam ektrakurikuler olahraga, mulai dari voli dan basket hingga karate dan taekwondo. Mama selalu memaksaku menampakkan sisi feminin, sampai-sampai dia pernah memaksaku ikut lomba peragaan busana yang diadakan Radio Pitaloka, stasiun radio terkenal di Ciamis.

Aku terpilih sebagai juara 2. Tetapi aku tak peduli. Buatku, berlenggak-lenggok itu tak nyaman. Kurasa bakatku memang olahraga. Semua guru olahraga mengenalku. Dalam berbagai kejuaraan olahraga antar sekolah, namaku selalu muncul dan mereka banggakan. Lalu, terjadilah sesuatu yang mengubah hidupku.

Dalam sebuah pesta perpisahan kakak kelas, seorang guru mendatangiku. Dengan enteng dia bilang: “Wewey, Bapak udah daftarin kamu, ya. Uang pendaftaran sudah masuk. Dua hari lagi pertandingan.”
Tentu aku terbelalak. “Tanding apa, Pak?” kataku. “Silat.”

Aku bingung. Mau membantah takut durhaka. Tapi kalau harus mengembalikan uang pendaftaran, aku tak tahu harus mencari ke mana. Dengan terpaksa, aku menurut.

Hanya ada dua hari untuk belajar. Dan yang lebih ajaib, guru itu hanya mengajariku etiket masuk gelanggang, salam kepada wasit, dan hal-hal sepele lainnya. Sama sekali tak ada teknik pertarungan. Dan, oh, untuk kejuaraan pertamaku itu, meski masih kelas 4 SD, berat badanku melewati ambang batas yang ditentukan. Maka, aku diturunkan melawan anak-anak SMP.

Takut? Jelas. Musuhku adalah atlet-atlet pencak yang punya jam terbang, sedangkan aku cuma berlatih memberi salam selama dua hari. Aku menang dengan skor 3-2 dalam pertandingan pertamaku berkat teknik tendangan karate. Tendang, tendang, dan tendang. Aku gagal menjadi juara umum, namun saat juara terbaik diumumkan, namaku disebutkan di podium. Sejak saat itulah aku diminta guru-guru menggeluti pencak silat secara serius.

Popwilnas. Popda. Popnas. Satu demi satu kejuaraan berjenjang untuk pelajar itu kuikuti.

Seperti aku jelaskan di awal, hidupku penuh paradoks. Dan itu terjadi lagi di kejuaraan senior pertamaku, saat membela Kabupaten Ciamis di ajang Pekan Olahraga Daerah (Porda).

Dalam sebuah kompetisi, lazimnya kasus pencurian umur terjadi saat si atlet mengurangi umur jagar tak melebihi batasan. Aku malah sebaliknya. Waktu itu, atlet Porda harus berusia 17-35 tahun, sedangkan aku baru 14 tahun. "Kalau kamu siap, gampang, semuanya bisa diurus," kata pelatih kepadaku.

Saat itu, aku tak begitu paham dan peduli apakah yang kulakukan benar. Yang kuinginkan hanya ikut kejuaraan dan berprestasi. Lagi pula, kita sama-sama tahu, sulap-menyulap bukan hal yang aneh di negara ini.

Aku memenangkan emas. Kabar soal pencurian umur yang kulakukan pun bocor dan jadi perbincangan. Namun, orang-orang sepertinya malah bangga sebab seorang atlet berusia dini mampu mengalahkan atlet-atlet yang lebih senior.

Emas Porda itu semestinya berarti bonus Rp10 juta untukku, tetapi yang kuterima hanya Rp7,5 juta—kukira aku tak perlu menjelaskan kepadamu bagaimana itu bisa terjadi. Aku tak mempermasalahkan hakku yang raib, lagi pula Rp7,5 juta bagi seorang anak SMP sepertiku saat itu sudah teramat besar.

Dari titik itulah karierku sebagai atlet pencak silat melejit. Aku bergabung dengan PPLP di Bandung.

Selain Papa dan Mama, aku beruntung memiliki kakek dan nenek yang amat berjasa ketika aku meniti karier di Bandung. Meski sulit, mereka selalu memaksaku menerima uang pemberian mereka, yang aku tahu didapat dengan susah payah.

Saat di Bandung, aku kadang tak bisa makan dengan lahap. Apakah keluarga di Ciamis sudah makan atau belum? Aku merasa telah meninggalkan keluargaku dalam situasi sulit.

Namun, pilihan pelik merantau ke Bandung harus kuambil. Hanya dari sanalah aku bisa berharap membantu Mama, Papa, dan lima adikku menyambung hidup dengan uang saku dan bonus kemenanganku di pelbagai kejuaraan.

Jika boleh jujur, aku sebenarnya sudah letih. 15 tahun aku bertarung, bertarung, bertarung. Aku sadar bahwa menjadi atlet bukan jaminan pasti untuk masa depan—ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang. Namun, di sisi lain, kerja belum selesai, belum apa-apa. Aku akan berhenti hanya jika sudah memberikan prestasi terbaik bagi bangsaku, negaraku: Indonesia.

29 Agustus 2018
oleh : Wewey Wita