Peneliti keamanan telah sukses membajak robot untuk pembedahan, menyebabkan ketakutan bahwa hal serupa dapat terjadi di meja operasi.
Tim dari Universitas Washington melakukannya pada robot bedah jarak jauh. Robot ini dapat melakukan pembedahan secara online dengan dokter bedah sebagai operatornya berada di tempat lain.
Kelebihan robot-robot ini adalah orang-orang yang tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan tetap bisa dilayani oleh ahli bedah dari jarak jauh. Namun kelemahannya, robot medis ini ternyata dapat di hack oleh hacker berbahaya yang bisa berakibat fatal pada pasien operasi.
Pembedahan jarak jauh pertama kali dilakukan pada 2001. Operasi yang dilakukan oleh dokter di AS sukses mengangkat kandung empedu pada pasien yang berada di Perancis yang berjarak 6.000 km . Komunikasi antara dokter dengan robot dilakukan melalui sambungan fiber optic khusus.
Belakangan, dokter ahli bedah telah menggunakan sambungan komunikasi biasa untuk melakukan operasi jarak jauh dengan pertimbangan biaya yang lebih murah. Tapi dampaknya operasi ini menjadi tidak aman dan privasi pasien juga terancam.
Ahli keamanan telah melakukan uji coba pada robot bedah jarak jauh yang memiliki dua lengan untuk operasi bernama Raven II. Robot ini dikontrol menggunakan video dan umpan balik haptic (teknologi dimana kita dapat menyentuh benda secara virtual).
Raven II dijalankan pada PC biasa dan menggunakan standar protokol komunikasi dengan mengirim sinyal ke jaringan publik. Ini membuatnya mudah di hack bahkan robot tersebut dapat dibajak. Karena sifat jaringan komunikasi yang terbuka, memudahkan hacker untuk mengganggu, membuat macet alat bahkan mengambil alih komunikasi antara robot dengan ahli bedah.
Para peneliti membuat skenario operasi bedah palsu dimana robot harus memindahkan balok karet dan kemudian peneliti yang berperan sebagai hacker mencoba mengambil alih kontrol robot dengan menggunakan tiga jenis serangan.
Serangan pertama menyebabkan pergerakan robot menjadi tersentak dan susah dikontrol; serangan kedua mengacaukan presisi (ketepatan) robot dalam melakukan gerakan yang menyebabkan pergerakan lengan robot berputar kearah yang salah.
Serangan terakhir memungkinkan peneliti untuk benar-benar mengambil alih robot - dengan akibat yang berpotensi mematikan.Para peneliti juga berhasil menemukan cara untuk membuat macet robot sehingga memicu mekanisme berhenti secara otomatis. Selain itu mereka mampu membuat video streaming pembedahan dapat dilihat oleh publik melalui siaran langsung.
Untuk menutup kelemahan ini, para peneliti menyarankan solusi sederhana: melakukan enkripsi data. Penggunaan enkripsi dan otentikasi data berbiaya rendah dan sangat bermanfaat bagi teknologi robot bedah jarak jauh, serta dapat memantau serangan hacker iseng. Keselamatan pasien pun terjamin.
Tim dari Universitas Washington melakukannya pada robot bedah jarak jauh. Robot ini dapat melakukan pembedahan secara online dengan dokter bedah sebagai operatornya berada di tempat lain.
Kelebihan robot-robot ini adalah orang-orang yang tidak memiliki akses ke pelayanan kesehatan tetap bisa dilayani oleh ahli bedah dari jarak jauh. Namun kelemahannya, robot medis ini ternyata dapat di hack oleh hacker berbahaya yang bisa berakibat fatal pada pasien operasi.
Pembedahan jarak jauh pertama kali dilakukan pada 2001. Operasi yang dilakukan oleh dokter di AS sukses mengangkat kandung empedu pada pasien yang berada di Perancis yang berjarak 6.000 km . Komunikasi antara dokter dengan robot dilakukan melalui sambungan fiber optic khusus.
Belakangan, dokter ahli bedah telah menggunakan sambungan komunikasi biasa untuk melakukan operasi jarak jauh dengan pertimbangan biaya yang lebih murah. Tapi dampaknya operasi ini menjadi tidak aman dan privasi pasien juga terancam.
Ahli keamanan telah melakukan uji coba pada robot bedah jarak jauh yang memiliki dua lengan untuk operasi bernama Raven II. Robot ini dikontrol menggunakan video dan umpan balik haptic (teknologi dimana kita dapat menyentuh benda secara virtual).
Raven II dijalankan pada PC biasa dan menggunakan standar protokol komunikasi dengan mengirim sinyal ke jaringan publik. Ini membuatnya mudah di hack bahkan robot tersebut dapat dibajak. Karena sifat jaringan komunikasi yang terbuka, memudahkan hacker untuk mengganggu, membuat macet alat bahkan mengambil alih komunikasi antara robot dengan ahli bedah.
Para peneliti membuat skenario operasi bedah palsu dimana robot harus memindahkan balok karet dan kemudian peneliti yang berperan sebagai hacker mencoba mengambil alih kontrol robot dengan menggunakan tiga jenis serangan.
Serangan pertama menyebabkan pergerakan robot menjadi tersentak dan susah dikontrol; serangan kedua mengacaukan presisi (ketepatan) robot dalam melakukan gerakan yang menyebabkan pergerakan lengan robot berputar kearah yang salah.
Serangan terakhir memungkinkan peneliti untuk benar-benar mengambil alih robot - dengan akibat yang berpotensi mematikan.Para peneliti juga berhasil menemukan cara untuk membuat macet robot sehingga memicu mekanisme berhenti secara otomatis. Selain itu mereka mampu membuat video streaming pembedahan dapat dilihat oleh publik melalui siaran langsung.
Untuk menutup kelemahan ini, para peneliti menyarankan solusi sederhana: melakukan enkripsi data. Penggunaan enkripsi dan otentikasi data berbiaya rendah dan sangat bermanfaat bagi teknologi robot bedah jarak jauh, serta dapat memantau serangan hacker iseng. Keselamatan pasien pun terjamin.