Tipsiana.com - Selama era Victoria tahun 1800-an, penaklukan Napoleon atas Mesir membuka pintu gerbang sejarah Mesir bagi orang-orang Eropa. Pada saat itu, mumi tidak diberi penghormatan yang layak dari elit Eropa. Bahkan, mumi dapat dibeli dari pedagang kaki lima untuk digunakan sebagai acara utama untuk pesta dan pertemuan sosial yang berlangsung di abad ke-18.
Para elit zaman itu sering mengadakan "Pesta Membuka Mumi", yang seperti namanya, mumi yang telah diawetkan selama ribuan tahun dengan dibungkus kain tersebut akan dibuka di depan khalayak ramai. Para undangan akan bersorak dan bertepuk tangan saat kain penutup mumi dibuka.
Parahnya, selama periode tersebut, sisa mayat orang Mesir kuno yang terawat baik tersebut malah digiling hingga menjadi bubuk dan dikonsumsi sebagai obat. Menurut abstrak pada tahun 1927 yang diterbitkan dalam Prosiding Royal Society of Medicine, obat yang terbuat dari mumi bubuk begitu populer antara abad kedua belas dan ketujuh belas. Selama waktu itu, mumi yang tak terhitung jumlahnya dibongkar dan dibakar untuk memenuhi permintaan "obat mumi."
Begitu populernya bubuk mumi untuk obat, sampai-sampai dipasaran banyak menjual bubuk mumi palsu yang berasal dari daging para pengemis yang diculik dan dibunuh.
Ketika Revolusi Industri berlangsung, mumi-mumi Mesir dieksploitasi untuk tujuan yang lebih tak masuk akal. Mereka mengumpulkan banyak mumi manusia dan hewan untuk dikirim ke Inggris dan Jerman. Disana, mumi-mumi tersebut dijadikan pupuk.
Yang lain digunakan untuk membuat pigmen warna coklat. Ada juga yang dilucuti dari bungkusnya, kemudian diekspor ke AS untuk digunakan dalam industri pembuatan kertas. Penulis Mark Twain bahkan melaporkan bahwa mumi dibakar di Mesir sebagai bahan bakar lokomotif.
Sampai akhirnya pada abad kesembilan belas, setelah mumi menjadi kian langka, mumi menjadi objek pajangan yang berharga dan banyak dari mereka dibeli oleh kolektor pribadi kaya Eropa dan Amerika sebagai suvenir wisata. Bagi mereka yang tidak mampu membeli mumi utuh, sisa-sisa disartikulasi - seperti kepala, tangan atau kaki - dapat dibeli di pasar gelap dan diselundupkan ke rumah.
Begitu besarnya permintaan mumi ke Eropa, membuat pembongkaran makam dan katakombe menjadi tidak cukup. Akhirnya, para pemburu mumi yang serakah membuat mumi palsu dari mayat para penjahat yang dieksekusi, orang tua, orang miskin dan mereka yang telah meninggal karena penyakit mengerikan, dengan cara mengubur mereka di pasir atau mengisinya dengan aspal dan dikeringkan dibawah sinar matahari.
Foto dibawah ini dijepret pada tahun 1865 oleh Félix Bonfils. Memperlihatkan seorang pedagang kaki lima sedang 'menjajakan' mumi-mumi dagangannya.
Sumber:
https://www.telegraph.co.uk/news/uknews/1569618/Ancient-Egypts-fantastic-and-weird-history.html
https://rarehistoricalphotos.com/egyptian-mummy-seller-1865/
https://www.history.com/topics/folklore/history-of-the-mummy
Para elit zaman itu sering mengadakan "Pesta Membuka Mumi", yang seperti namanya, mumi yang telah diawetkan selama ribuan tahun dengan dibungkus kain tersebut akan dibuka di depan khalayak ramai. Para undangan akan bersorak dan bertepuk tangan saat kain penutup mumi dibuka.
Parahnya, selama periode tersebut, sisa mayat orang Mesir kuno yang terawat baik tersebut malah digiling hingga menjadi bubuk dan dikonsumsi sebagai obat. Menurut abstrak pada tahun 1927 yang diterbitkan dalam Prosiding Royal Society of Medicine, obat yang terbuat dari mumi bubuk begitu populer antara abad kedua belas dan ketujuh belas. Selama waktu itu, mumi yang tak terhitung jumlahnya dibongkar dan dibakar untuk memenuhi permintaan "obat mumi."
Begitu populernya bubuk mumi untuk obat, sampai-sampai dipasaran banyak menjual bubuk mumi palsu yang berasal dari daging para pengemis yang diculik dan dibunuh.
Ketika Revolusi Industri berlangsung, mumi-mumi Mesir dieksploitasi untuk tujuan yang lebih tak masuk akal. Mereka mengumpulkan banyak mumi manusia dan hewan untuk dikirim ke Inggris dan Jerman. Disana, mumi-mumi tersebut dijadikan pupuk.
Yang lain digunakan untuk membuat pigmen warna coklat. Ada juga yang dilucuti dari bungkusnya, kemudian diekspor ke AS untuk digunakan dalam industri pembuatan kertas. Penulis Mark Twain bahkan melaporkan bahwa mumi dibakar di Mesir sebagai bahan bakar lokomotif.
Sampai akhirnya pada abad kesembilan belas, setelah mumi menjadi kian langka, mumi menjadi objek pajangan yang berharga dan banyak dari mereka dibeli oleh kolektor pribadi kaya Eropa dan Amerika sebagai suvenir wisata. Bagi mereka yang tidak mampu membeli mumi utuh, sisa-sisa disartikulasi - seperti kepala, tangan atau kaki - dapat dibeli di pasar gelap dan diselundupkan ke rumah.
Begitu besarnya permintaan mumi ke Eropa, membuat pembongkaran makam dan katakombe menjadi tidak cukup. Akhirnya, para pemburu mumi yang serakah membuat mumi palsu dari mayat para penjahat yang dieksekusi, orang tua, orang miskin dan mereka yang telah meninggal karena penyakit mengerikan, dengan cara mengubur mereka di pasir atau mengisinya dengan aspal dan dikeringkan dibawah sinar matahari.
Foto dibawah ini dijepret pada tahun 1865 oleh Félix Bonfils. Memperlihatkan seorang pedagang kaki lima sedang 'menjajakan' mumi-mumi dagangannya.
Sumber:
https://www.telegraph.co.uk/news/uknews/1569618/Ancient-Egypts-fantastic-and-weird-history.html
https://rarehistoricalphotos.com/egyptian-mummy-seller-1865/
https://www.history.com/topics/folklore/history-of-the-mummy